Showing posts with label JAYABAYA. Show all posts
Showing posts with label JAYABAYA. Show all posts

16 March 2017

Tafsir Ramalan Jayabaya Presiden Setelah Jokowi Indonesia

Ramalan Jayabaya Tentang Presiden Ke-8 atau Presiden Setelah Jokowi

JAYABAYA.Setelah era Presiden Joko Widodo, nama calon Presiden mengerucut pada pemilik nama yang berawalan atau berakhiran Go untuk melengkapi ramalan Jayabaya. Sejumlah tokoh pun mulai didengungkan. Pemilhan Presiden baru akan dilaksanakan pada 2019. Joko Widodo bisa dipastikan akan maju sebagai incumbent. Nama-nama tenar termasuk Prabowo Subianto, digadang-gadang akan kembali menjadi penantangnya. Namun sejumlah tokoh alternatif yang selama ini tidak terlibat dalam hiruk-pikuk politik juga mulai disebut. Nama-nama itu dikaitkan untuk menggenapi lima suku kata pemimpin ideal yang akan membawa kemakmuran bagi Bangsa Indonesia sesuai ramalam Jayabaya.

ramalan jayabaya indonesia presiden ke8
“Saat ini kita baru menemukan Notono, yakni dan nama belakang Presiden Soekarno, Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono. Jika pun Presiden Joko Widodo bisa menyelesaikan masa baktinya selama satu periode, atau bahkan dua periode, namanya tidak termasuk yang diramalkan Jayabaya. Untuk sampai pada Notonogoro, kita masih menunggu lahirnya pemimpin yang memiliki nama dengan awalan atau akhiran Go atau Ga dan Ro atau Ra,” ujar Ki Timbul Sayekti, pemerhati budaya Jawa.
Baca juga Ramalan Jayabaya Kapan Indonesia akan Makmur 

Calon Presiden RI Ke 8 Indonesia Berdasarkan Tafsir Ramalan Jayabaya



Lalu siapa tokoh nasional yang memiliki nama dengan awalan atau akhiran Goatau Ga yang akan menggantikan era Presiden Jokowi, pasca 2019 atau mungkin setelah 2024 andai pada Pilpres 2019 Jokowi kembali terpilih? Meski belum bisa dipastikan apakah yang bersangkutan akan maju dalam Pilpres 2019 maupun 2014, namun sejumlah nama pemilik awalan atau akhiran Go layak dipertimbangkan. Mereka di antaranya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, mantan Menteri Dalam Negeri era SBY, Gamawan Fauzi, mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, bahkan tokoh pers yang juga sastrawan, Gunawan Mohammad dan sejumlah nama lainnya yang saat ini tengah menjadi pemimpin di berbagai pelosok negeri.

Ramalan Jayabaya Tentang Presiden,Satria Piningit Di Pulo Jawa Indonesia



Dari nama-nama tersebut, Gatot Nurmantyo dan Ganjar Pranowo menjadi tokoh yang paling memiliki kans untuk menjadi Presiden pasca Jokowi. Kebetulan keduanya tokoh memang memiliki kedekatan dengan Jokowi. Berikut profil singkat kedua tokoh tersebut:

Gatot Nurmantyo


tafsir ramalan jayabaya presiden ke 8 setelah jokowi
 Gatot dibesarkan dan keluarga yang berlatar militer pejuang sangat kental. Ayahnya Suwantyo, seorang pejuang kemerdekaan. Di masa perang kemerdekaan ayahnya bertugas di bawah komando Jenderal Gatot Subroto. Dan nama tokoh militer kharismatik itulah, ayahnya kemudian memberi nama anaknya “Gatot”.
Ayah Gatot pensiun dengan pangkat terakhir Letnal Kolonel Infanteri dan tugas terakhir sebagai Kepala Kesehatan Jasmani di Kodam XlIl/Merdeka, Sulawesi Utara. Sedangkan ibunda Gatot, anak seorang Kepala Pertamina di Cilacap, memiliki tiga orang kakak kandung yang mengabdi sebagai prajurit TNI AD, TNT-AL dan TNT-AU.
Karena anak tentara, sejak kecil Gatot hidup berpindah-pindah. Setelah dari Tegal, ia pindah ke Cimahi, Jawa Barat, hingga kelas 1 Sekolah Dasar. Setelah itu Ia pindah ke Cilacap sampal kelas 2 SMP. Lalu ia pindah ke Solo hingga tamat SMA. Sebenarnya Gatot ingin menjadi arsitek. Makanya Ia mendaftar ke Universitas Gadjah Mada (UGM). Tapi karena tahu Gatot ingin masuk ke UGM, ibundanya berbicara: “Ayahmu hanyalah seorang pensiunan. jika kamu hendak masuk ke UGM, maka kemungkinan adik-adikmu nanti  tidak bisa sekolah,” ujar lbundanya Gatot..

Karena hal itu Gatot berangkat ke Semarang, untuk mendaftar Akabri lewat Kodam Diponegoro. Sepulangnya dari Semarang, Ia mengabari ibunya bahwa Ia telah mendaftar ke Akabri. Ibunya pun mengizinkan dengan berpesan, “Jika kamu ingin menjadi tentara,maka kamu harus bisa menjadi prajurit RPKAD.”

Orang tua Gatot,terutama Ibunya sangat ingin agar salah satu anaknya dapat menjadi anggota RPKAD yang sekarang adalah KOPASSUS.Setelah lulus Akabri, Gatot mulai berusaha agar dapt menjadi anggota RPKAD kalau sekarang namanya KOPASSUS.Pertama kali mendaftar ia gagal. Setelah berpangkat seorang Kapten, ketika itu bertugas di Pusat Latihan Tempur di Baturaja, Sumsel,Gatot kembali mendaftar untuk yang kedua namun masih gagal.

Akan tetapi Gatot tidak mudah menyerah.Ia terus selalu bermunajat berdoa kepada Allah SWT agar suatu saat nanti dirinya dapat menjadi anggota Kopassus.Pada saat ia menjabat sebagai KSAD (25 Juli 2014—15 Juli 201 5)akhirnya ada kesempatan. Tak lama setelah pelantikan, Gatot menemui Danjen Kopassus yaitu Mayjen TNT Agus Sutomo serta  menyampaikan tujuannya untuk mendaftar pendidikan sebagai Kopassus.

Tapi Agus Sutomo berkata, “Tidak usah ikut pendidikan saja Pak, nanti Bapak akan saya kasih brevet kehormatan saja”.Tapi ia menolak. Ia bersikeras ingin mendapat baret merah secara normal normal. Akhirnya  Gatot menjadi siswa Kopassus.Ia mengikuti semua prosedur yang seharusnya mulai dari pendaftaran, ujian, hingga penyematan brevet komando dan baret di pantai Cilacap. Untuk itu, Ia harus melalul ujian yang keras, antara lain senam jam 2 pagi, lalu direndam di kolam suci Kopassus di Batujajar. Kemudian Iongmarch, hingga berenang militer selama lebih 2 jam dan pantai Cilacap ke pulau Nusakambangan.

Bahkan Gatot juga mengikuti pendidikan Sandi Yudha yang diantaran ujiannya yaitu harus masuk ke suatu tempat yang begitu rapat serta dikawal sangat ketat oleh prajurit Kopassus. Ia lolos mulus.Gatot akhirnya diyatakan lulus semua tahapan dan resmi diangkat menjadi keluarga besar Korps Baret Merah di Cilacap, Jawa Tengah,2 September 2014.Brevet pasukan komando itu disematkan di dada sebelah kanan Gatot, sebagai tanda bahwa Gatot telah menerima brevet lewat  prosedur seharusnya yang wajib dilalui oleh prajurit Kopassus.

Setelah resmi menjadi prajurit Kopassus, Gatot ke Kartosuro (Markas Grup 2 Kopassus)dengan naik helikopter.Ia langsung menuju makam kedua orang tuanya di Solo. Di makam kedua orang tuanya itu lalu Ia memberi hormat seraya menyampaikan, “Ibu saya telah menunaikan tugas.” waktu terjadi saat Gatot berusia 55 tahun.

Ganjar Pranowo


tafsir ramalan jayabaya setelah jokowi
Nama lain yang memiliki awalan Go atau Ga adalah Ganjar Pranowo. Lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, tanggal 28 Oktoben 1968, Ganjar menduduki jabatan sebagal Gubernur Jawa Tengah sejak 23 Agustus 2013. Sebelumnya, ia adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Fraksi PDI Perjuangan peniode 2004-2009 dan 2009-2013.Selain itu, Ganjar juga menjabat sebagai Ketua Umum KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) periode 2014-2019 berdasarkan Kongres KAGAMA November 2014 di Kendari.
Ganjar menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Kutoarjo. Lalu ia melanjutkan pendidikannya di SMP 1 Kutoarjo dan SMA BOPKRI 1, Yogyakarta. Setelah lulus sekolah menengah atas ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Univensitas Gadjah Mada.Ketika kuliah di Univensitas Gadjah Mada ini, kemampuan kepemimpinannya semakin meningkat setelah melalui kegiatan di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia dan Mapagama (Mahasiswa Pecinta AIam Gadjah Mada) yang menjadi salah satu sub unit Gelanggang Mahasiswa UGM yang akan membawanya menjadi salah satu dan aktivis gelanggang terkemuka bersama Aries Baswedan


Sebebum menjadi gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo adalah anggota DPR RI selama dua periode, 2004-2009 dan 2009- 2014. Tetapi pada periode ke-dua tidak meneruskannya karena ia terpilih menjadi gubernur Jawa Tengah.Sebenarnya, pada periode 2004-2009 dia tidak dapat lolos ke Senayan, tetapi akhirnya dia menerima tugas pengganti antar waktu (PAW) karena menggantikan rekan separtainya yang saat itu berada dalam satu daerah pemilihan yang sama dengannya, Jacob Tobing yang diberi tugas oleh Presiden Megawati untuk menjadi duta besar  Korea Selatan.

Ganjar ikut mengajukan diri sebagai calon gubernur.Pemilihan Umum Gubennur Jawa Tengah pada Tahun 2013,yang saat itu berpasangan dengan Heru Sudjatmoko yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP keluar sebagai pemenang dengan total perolehan suara mencapai 48,82%.


Ganjar dikenal dekat dengan rakyat. Beberapa gebrakan yang dilakukan mendapat apresiasi dan masyarakat. Ganjar juga dikenal sering berinteraksi langsung dengan masyarakat melalui akun twitter. Mengingat usianya yang masih sangat mudah (48 tahun), Ganjar memiliki kans untuk menjadi pemimpin masa depan lndonesia.

Baca juga Tafsir ramalan jayabaya tentang indonesia,presiden dengan NOTONOGORO  
itulah tafsir ramalan jayabaya tentang presiden setelah masa kepemimpinan jokowi,atau mungkin saja presiden ke 8 Indonesia berdasarkan tafsir ramalan jayabaya notonogoro
Share:

12 March 2017

Ramalan Jayabaya Kapan Indonesia Maju Berjaya Makmur Sesuai Isi Jangka Ramalan Jayabaya

Ramalan Jayabaya Kapan Bangsa Indonesia Akan BerJaya Adil Dan Makmur NATANAGARA

Jayabaya yang terkenal dengan Ramalan Jayabaya selalu menarik untuk dibicarakan.Setelah sebelumnya membahas Tafsir Ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya serta membahas Ramalan  Presiden Setelah kepemimpinan Jokowi menurut pembabaran isi ramalan jayabaya.

ramalan jayabaya isi ramalan jayabaya jangka jayabaya
Kemakmuran bagi bangsa Indonesia suatu keniscayaan, sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi untuk sampai pada kondisi itu, diperlukan perubahan-perubahan yang fundamental, termasuk datangnya pemimpin yang amanah dan melengkapi ramalan Jayabaya.

Hingga saat ini, Indonesia telah dipimpin oleh 7 Presiden. Namun Bangsa Indonesia belum mencapai kondsi yang ideal sebagaimana dicita-citakan oleh para pendirinya dan menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia. Harapan untuk kondisi di mana negara toto tentrem, adil dan makmur, bahkan mulai pudar berganti sikap pesimis dan saling gonthok-gonthokkan antar sesama anak bangsa. Ujaran kebencian, penghinaan terhadap ulama dan pemimpin, dilakukan secara kasar dan terbuka di muka umum.

Berita-berita yang tidak benar, tanpa sumber dan data yang jelas dengan tujuan untuk mendiskreditkan pihak lain, semakin marak tanpa kendali. Semua orang bebas membuat opini dan menjejelkan kepada masyarakat yang tidak paham tentang situasi dan kondisi. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang tegas dan siap berkorban untuk menumpas anasir-anasir yang ingin membuat kekacauan dan memecah-belah NKRI.

“Bangsa Republik Indonesia kini telah berjalan keluar melewati jalur semestinya dari Para pendiri bangsa,dan para aulia,serta para pahlawan yang sudah meneteskan darah demi kemerdekaan Republik Bangsa Indonesia,mereka menangis di kuburnya,” ujar Ki Ageng Ranggasasana, Ph.D.

Lebih jauh Ki Ageng Ranggasasana mengatakan, harus ada kebaruan dan perubahan agar perjalanan bangsa ini sesuai dengan keinginan seluruh rakyat Indonesia. Berikut petikan pemikirannya:

Isi Ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya Indonesia Akan Berjaya Makmur Dan Adil


Menurut Jayabaya, Bangsa Indonesia kelak mencapai adil makmur bila sudah mencapai tatanan kepemimpinan Republik Indonesia dengan NA- TA -NA - GA -RA (NATANAGARA). Proses kepemimpinan tersebut bisa melalui beberapa tahun ditempuh dan kelak tidak akan lama Iebih kurang 10 tahun — 15 tahun tercapai Indonesia adil makmur.
Tatanan atau yang disebut situasi dan kondisi Negara RI sejak 1998, awal zaman Reformasi, hingga kini carut marut, tumpang tindih zaman ini sudah mencampuri puncaknya hingga dipastikan bakal segara ada perubahan zaman.

Kemunculan zaman yang akan mengubah zaman Reformasi ini ditandai dengan munculnya para gaib/para ruh gaib yang masuk dalam diri banyak manusia hingga mereka tidak terkendali; “La Haula wa La Quwwata lila biliah”.
Bahwa manusia tanpa daya upaya, bila Allah menggerakkan, maka bergeraklah mereka; “Kun Fayakun” — JADI.. .maka JADILAH!

Isu politik yang mewarnai perkembangan perubahan zaman dari zaman Reformasi ke zaman yang akan lahir, yang pasti sangat mempengaruhi atas perubahan tersebut.

Maka Ki Ageng Rangga menyerahkan kepada seluruh rakyat Republik Indonesia, Jangan sampai mudah terprovokasi dan sebaiknya kendalikan nafsu amarah.” Proses kemunculan dan keikutsertaannya para gaib, para aulia, baladil amin. Begitupun lawannya para gaib, ruh jahat pun berperan dan bergerak.

Proses penentuan atas ‘NATANEGARA’ telah dimohon dan dirancang oleh para leluhur atas bangsa Indonesia supaya mencapai adil makmur itu, dilakukan dan di ikabulkan ditandai dengan sejak pertemuan Sri Paduka Maha Raja Prabu Siliwangi (Raja Agung Pajajaran) bertemu permaisurinya Nyimas Subang Larang di Pondok Pesantren Syekh Quro Karawang.

Lalu atas doa dan sumpahnya Sri Paduka Maha Raja Prabu Siliwangi telah dinyatakan  dikabulkan oleh Allah Yang Maha Kuasa sejak saat itu.Sedangkan bicara kodrat irodat Allah sejak zamannya para wali — kini sudah saatnya bahwa ditandai bagi ruh yang sudah meninggal, kembali bakal muncul dan melalui masuk pada manusia-manusia yang dikehendakinya. Kemunculan mereka bakal diimbangi bagi para ruh/gaib jahat yang menghalangi maka bakal perang tanding.

Ramalan Jayabaya Atau Jangka Jayabya Satria Piningit Ratu Adil Presiden Republik Indonesia


Bila Natanegaradijabarkan dari kepemimpinan ini sangat bertalian dengan keberadaan geografis Pulau Jawa. Soekarno, presiden pertama dan SBY - Susilo Bambang Yudhoyono— Gus Dur
- Megawati, adalah ksatria yang muncul dari Jawa Timur yang mewakili atas kekuatan berdirinya kekuatan Negara yang disebut kaki oleh leluhur menyebut pada kekuatan ‘Sang HyangTapak’.

Sang HyangTapak — Minak jingga mengulur sejarah di zamannya dengan cikal bakalnya kerajaan-kerajaan Majapahit. Soeharto (presiden ke-2) dan di bawahnya, BJ. Habibie dan Joko Widodo adalah kekuatan pada perut dan badan lebih dominan pada kekuatan Pulau Jawa – Jawa Tengah dan Yogyakarta yaitu dengan Sang Hyang Udel. Maka kemakmuran utama yang menjadi utama dalam membangun.
Sedangkan pada kekuatan kepemimpinan Negara/Presiden RI yang akan datang bakal pada kekuatan ‘NEGARA’. Yaitu pada kekuatan Sang Hyang Sirah, yang berarti kepala dan condong pada kekuatan muncul kepemimpinan dari Pulau Jawa bagian barat atau Jawa Barat dan Provinsi Banten. Sang Hyang Sirah tempat keramat tepatnya ada pada ujung pulau Jawa bagian barat, ujung barat Banten (Selat Sunda).

Natanegara, yang pasti kepemimpinan dari kelompok ‘Nagara’ adalah kepemimpinan yang muncul dari negeri Pulau Jawa bagian kulon yang mendapat dukungan dari seluruh leluhur bangsa Indonesia secara keseluruhan. Yang pasti juga direstui oleh para wali raja kerajaan Cirebon dan Banten. Dialah ksatria yang ditunggu-tunggu bangsa Indonesia.

Orang menyebut ‘Ksatria Piningit’. Dia sesungguhnya masih darah keturunan kerajaan Pajajaran dari perkawinan Syekh Syarif Hidyatullah dengan ibu Ratu Kuning dan lahirlah Pangeran Raden Ranggajati alias Pangeran Kuningan, dan keturunan ke bawhnya. Ingat, bagaimana sejarah Jakarta yang direbut kembali dari Portugis dengan Raden Fatahillah sebagai wujud kemenangan yang nyata dialah sesungguhnya Syekh Syarif Hidayatullah sunan Gemajati dan anak-anaknya dibantu raja-raja di Pulau Jawa.

“Masih banyak pertanda alam yang bisa kita baca untuk memahami apa yang terucap dan tersirat oleh para aulia dan leluhur bangsa sebagai penunjuk jalan menuju tercapainya cita-cita kita bersama mewujudkan negara Indonesia yang adil dan makmur dalam bingkai NKRI. Persoalannya tinggal kita mau membaca tanda-tanda itu dan mengikutinya atau kita abai dan merasa paling benar,” ujar Ki Ageng Ranggasasana.

Menurut Ki Rangga, banyak contoh bagaimana suatu bangsa menjadi besar karena menghormati dan mengikuti petunjuk para aulia dan Ieluhurnya seperti China, Jepang, bahkan lnggris. Tetapi sebagian anak bangsa Indonesia justru mengabaikan dan mengangapnya sebagai mistik dan tahayul.

“Orang Jepang sangat menghormati dan mempelajari pemikiran-pemikiran leluhurnya sehingga mereka tumbuh menijadi negara maju tanpa kehilangan identitas budayanya.

Mengapa kita tidak mau mencontoh hal itu?” gugat Ki Rangga.

Kita semua terpulang pada diri kita, sebagai generasi penerus bangsa. Semoga para pemimpin mendatang, mau belajar pada sejarah dan mengambil kearifan lokal sebagai dasar pembentukan karakter bangsa.

Jangan lewatkan Ramalan Jayabaya Tafsir Jangka Jayabaya NOTONOGORO Tentang Presiden Indonesia 
Itulah Menguak Ramalan Jayabaya mengenai kapan Bangsa Indonesia akan menjadi negara yang jaya makmur adil merata amanah
Share:

28 February 2017

Misteri Ramalan Tafsir dan Jangka Jayabaya Tentang Presiden Indonesia Satria Piningit

Menguak Ramalan Jayabaya Dan Tafsir Isi Ramalan Jangka Jayabaya Notonogoro Tentang Presiden Indonesia

NOTONOGORO.Apa arti sebuah nama, ujar sastrawan terkenal asal lnggris William Shakespeare. Mawar akan tetap indah meski diganti dengan sebutan lain. Demikian juga harimau. Ia tetap binatang buas meski dipangggil perkutut. Nama hanya sebuah identitas untuk membedakan satu makhluk atau benda dengan makhluk atau benda lainnya. Tidak lebih, tidak kurang.
ramalan jangka isi jayabaya tentang indonesia presiden pulo jawa satria piningit ratu adil
Tetapi hal itu tidak berlaku bagi orang Indonesia, khususnya wong Jawa.Nama memiliki keterkaitan dengan diri dan pribadi seseorang. Presiden Joko Widodo sempat mengganti namanya karena nama sebelumnya, yakni Mulyono, dianggap kurang pas sehingga dirinya sakit-sakitan. Nama juga melambangkan harapan dan keberkahan.

Nama juga menjadi begitu sakral dan penting manakala menyangkut Calon pemimpin Indonesia. Jayabaya, Maharaja Kediri, sudah meramalkan siapa-siapa yang bakal menjadi pemimpin Indonesia dengan memberikan “kode” pada nama belakang (akhiran), yang bisa juga ditafsirkan sebagai nama depan (awalan) yakni Notonogoro. Tidak heran jika orang tua dan suku Jawa lebih senang memberi nama anak laki-lakinya dengan akhiran atau awalan No, To, Go maupun Ro dengan harapan kelak anaknya akan menjadi pemimpin.

Persoalan yang mengemuka saat ini, masih relevankah Notonegoro atau Notonogoro dijadikan sebagai rujukan pemimpin nasional ketika ternyata beberapa nama Presiden Indonesia tidak memenuhi kriteria tersebut? Sebagian akan mencibir dengan menyimpulkan klaim Notonegoro tidak releven dan hanya hasil othak-athik-gathuk seseorang untuk membenarkan atau memberi legitimasi supramistik pada kekuasaan yang tengah digenggam. Dengan adanya “wahyu sejarah” bahwa namanya sudah tertulis sejak ratusan tahun lampau sebagai calon pemimpin, maka dia akan dianggap, minimal dipandang, sebagai seseorang yang memang sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Dengan demikian tidak akan ada yang mempersoalkan. Siapa yang berani melawan takdir?

Tetapi tidak demikian halnya dengan mereka yang meyakini kebenaran isi ramalan jayabaya atau Jangka Jayabaya. Notonegoromerupakan rangkaian kata akhiran (dan berlaku juga untuk awalan) dan sejumlah pemimpin besar Indonesia yang akan membawa kemakmuran, mencapai zaman keemasan di mana suro diro joyodiningrat lebur deningpangastuti.

Dengan asumsi tersebut, maka bisa saja setelah melewati 100 pemimpin (presiden), Indonesia baru akan mencapai zaman kejayaan. Selama belum ditemukan nama-nama pemimpin yang memiliki akhiran atau awalan Notonegoro/Notonogoro, maka Indonesia belum akan mencapai masa kejayaan tersebut.Saat ini kita baru memiliki tiga presiden yang nama akhimya membentuk kata Notono yakni Presiden pertama Soekarno (No), kedua Soeharto (To), ke enam Susilo Bambang Yudhoyono (No). Sementara ketiga Bi Habibie, ke empat Abdurrahman Wahid, kelima Megawati, tidak memiliki kriteria dan nama Presiden ke tujuh yakni Joko Widodo memiliki akhiran nama yang sama dengan SBY jika merujuk pada nama aslinya yakni Mulyono (no).

Jadi kapan kita akan mendapatkan Presiden dengan akhiran atau awalan Gountuk menyambung ramalan jayabaya? Bisa saja kelak dari Presiden ke delapan, atau mungkin ke sembilan dari akhiran atau awalan Ro didapat dari Presiden ke 10 atau ke 20. Wallahu alam bissawab.
Ramalan jayabaya atau jangka jayabaya selalu menarik  untuk dikupas. Terlebih sudah banyak ramalan Maharaja Kediri bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa tersebut yang terbukti kebenarannya.
Ramalan jayabaya yang paling terkenal dan ditunggu-tunggu rakyat Indonesia adalah terkait presiden atau pemimpin Indonesia yang disebut memiliki akhiran atau awalan nama NO-TO-NO-GO-RO.Mengapa BJ Habibie,KH Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri tidak termasuk presiden yang dimaksud dalam isi tafsir ramalan jayabaya?

Tafsir Isi Ramalan Jangka Jayabaya Yang Kemungkinan keliru


sebagaimana dimaksud dalam Kitab Asrar(Musarar) gubahan Sunan Giri Perapan(sunan Giri ke-3). Tafsir yang selama ini jauh dari makna sesungguhnya sehingga terkesan ada kesalahan pada ramalan tersebut.Padahal sesungguhnyà nama-nama Presiden atau pemimpin yang dimaksud oleh Jayabaya adalah presiden atau pemimpin yang akan membawa kemakmuran bagi Bangsa Indonesia.

Banyak tafsir tentang calon pemimpin Indonesia dalam kaitannya dengan ramalan atau jangka (jongko) Jayabaya hasil nukilan dari Kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Ada yang menafsirkan kata Notonegoro atau Notonogoro sebagai lima suku kata terpisah dan merujuk pada akhiran atau awalan nama calon pemimpin. Namun tidak sedikit yang menafsirkannya sebagai satu kesatuan yang memiliki makna atau arti menata negara. Ternyata kedua tafsir tersebut tidak sepenuhnya benar!

Untuk memastikan tafsir manakah yang paling mendekati kebenarannya, dari sumber investigasi secara supramistik dan mempelajari seluruh kitab-kitab yang terhubung dengan penafsiran ramalan Jayabaya.

Pertama, Notonegoro atau Notonogoro? Pertanyaan itu selalu mengemuka dan seringkali jawabannya didasarkan pada kepentingan individu tertentu. Padahal baik Notonegoro maupun Notonogoro karena lafal orang Jawa ketika menyebut ‘negoro’ akan terdengar seperti ‘nogoro’. Terlebib kedua kata tersebut memiliki makna yang sama yakni Negara. Dengan demikian Notonogoro berarti Menata Negara atau Bangsa. Selain itu, tidak lazim orang Jawa memiliki nama awalan atau pun akhirnya ‘ne’. dengan pemahaman tersebut mestinya perdebatan ‘ne’ dan ‘no’ tidak perlu perpanjang lagi.

Kedua, apakah benar Jangka Jayabaya tidak tepat jika melihat nama-nama Presiden RI yang sudah berkuasa sejak masa Soekarno, Soeharto, Bi Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo, Banyak yang berpendapat ramalan Jayabaya tentang pemimpin masa depan Indonesia itu sudah tidak relevan dengan munculnya nama Bj Habibie, Megawati dan Gus Dur. Meski demikian ada yang mencoba memaksakan dengan mengaitkan Habibie sebagai No yang diambil dan arti nama beliau yakni cinta kasih yang dalam bahasa Jawa disebut tresno. Lalu Gus Dur memiliki awalan Go mengingat Gu tidak dikenal dalam huruf Jawa dan Megawati dianggap mewakili kata Ro yakni dari nama terakhirnya Soekarnoputri.

Jika menganut paham itu, maka Presiden SBY, Presiden Jokowi dan seterusnya adalah pemimpin sesudah masa yang diramalkan Jayabaya. Persoalannya, Jayabaya meyakini, setelah melewati lima Presiden dengan awalan maupun akhiran Notonogoro, Bangsa Indonesia akan mencapal kejayaan, masuk ke masa keemasan.Faktanya, saat ini kondisi Bangsa Indonesia belum beranjak ke masa tersebut. Bahkan sebagian kalangan mengatakan kondisi saat ini Iebih buruk di banding masa pemerintahan Soeharto.
Dari berbagai argument tersebut, jelaslah selama ini telah terjadi kekeliruan tafsir terhadap arti dan Notonogoro. Akibat kekeliruan penafsiran, terkesan ramalan Jayabaya tersebut tidak akurat dan cenderung bebas ditafsirkan sesuai kepentingan siapa saja.

Berikut tafsir yang benar/tepat terhadap isi ramalan Jayabaya:


Notonogoro harus ditafsirkan sebagai pemimpin yang berhasil menata negara. Hal ini harus dipertegas mengingat tidak semua pemimpin bisa mengemban amanah dengan baik. Mereka tetaplah pemimpin tetapi mungkin tidak banyak memberikan kontribusi dalam hal “menata negara”. Banyak contoh seorang pemimpin yang menerima mandat secara kebetulan karena adanya kekacauan atau kevakuman kepemimpinan.

Ramalan Jayabaya Tentang Indonesia



Ada juga pemimpin yang muncul karena pemaksaan kehendak seperti dengan jalan kudeta, makar, menjadi boneka bangsa lain dan lain sebagainya. Apakah mereka buka pemimpin? Mereka tetap pemimpin tetap tentu saja tidak akan bisa mengelola negara dengan baik untuk mencapai kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyatnya. Lalu siapakah pemimpin Indonesia seperti yang dimaksud oleh Jayabaya? Mereka adalah pemimpin yang nama awalan atau akhirannya Notonegoro.

Dengan demikian, pemimpin yang dimaksud bukan hanya satu orang tetapi Iima pemimpin, Sayangnya, tafsir yang selama ini beredar memaksa kepada lima presiden terdahulu. Di sini letak kekeliruannya.Lima pemimpin (presiden) yang memiliki awalan atau akhiran Notonogoro, tidak harus berurutan. Pemimpin yang memiliki lima suku kata Notonogoro secara alami akan muncul. Rentang waktunya bisa 10 tahun, bisa juga 100 tahun.

Mengacu pada kondisi saat ini, Bangsa Indonesia baru memiliki tiga pemimpin yang memenuhi ramalan Jayabaya yakni Soekarno (No), Soeharto (To) dan Susilo Bambang Yudhoyono (No). Tidak ada yang bisa membantah keberhasilan Soekarno dalam membentuk, meletakkan dan menata dasar-dasar negara Republik Indonesia.

Presdien Soeharto kemudian melanjutkannya dengan pembangunan infrastruktur secara berkelanjutan. Sementara SBY suka atau tidak suka harus diakui berhasil menata sistem demokrasi sehingga regenerasi kepemimpinan baik daerah maupun nasional dapat berjalanan dengan baik dan damai.

Meski memiliki jasa yang cukup besar, Bi Habibie, Gus Dur dan Megawati tidak masuk dalam kategori Notonogoro karena kepemimpinannya tidak sampai satu periode. Ketiga mantan Presiden tersebut juga menjadi penguat ramalan Jayabaya di mana jika pemimpin Indonesia tidak memenuhi kriteria Notonogoro, maka yang bersangkutan tidak akan berkuasa dalam rentang waktu minimal 10 tahun atau dua periode sebagaimana yang diperbolehkan oleh konstitusi.

Bagaimana dengan Presiden Jokowi? Jika mengacu pada nama kecilnya, maka .Iokowi termasuk dalam kriteria Notonogoro yakni akhiran No(Mulyono) sebagaimana SBY. Tetapi jika mengacu pada nama saat ini (Joko Widodo), bisa dipastikan kepemimpinan Jokowi tidak akan sampai dua periode. Jokowi tetap bisa menyelesaikan satu periode hingga 2019. Pemimpin dengan akhiran No bisa saja dua atau tiga orang. Artinya nama pemimpin setelah Jokowi pun masih mungkmn berawalan atau akhiran No. 
Baca juga Kapan Indonesia Maju sesuai ramalan tafsir Jayabaya

Ramalan Jayabaya Tentang Presiden Ke 8



Pertanyaannya sekarang, kapan Bangsa Indonesia memiliki pemimpin dengan nama yang berawalan atau akhiran Go? jika mengacu pada usia bangsa ini yang sudah mencapai 72 tahun, maka pemimpinan dengan awalan atau akhiran nama Go, akan muncul pada periode setelah Jokowi. Sebab pemimpinan yang berawalan atau berakhiran Ro, akan hadir sebelum usia Indonesia mencapai 100 tahun.

Pemimpin yang berawal atau berakhiran Go memiliki tugas sangat penting karena harus menata negara untuk memberi jalan Iahirnya Satrio Piningit, yakni pemimpin yang menggenapi kriteria Notonogoro.

Akan ada masa kekacuan selepas pemimpin Go, sebagai prasyarat hadirnya Satrio Piningit.Pada masa itu, merupakan zaman Kalabendu yang sesungguhnya. Jika pun tidak di dalam negeri, kekacauan terjadi di luar negeri namun memiliki dampak kuat ke dalam negeri. Kondisi tersebut bukan karena ketidakmampuan pemimpinnya, tetapi memang sudah menjadi garis sejarah yang harus dilalui Bangsa Indonesia.Bahkan jika saat masa itu terjadi namun pemimpin dengan awalan atau akhiran nama Go belum muncul, kemungkinan besar Indonesia akan terjebak dalam perang saudara akibat keinginan beberapa daerah untuk memisahkan diri sebagaimana pernah terjadi di masa lalu.

Ramalan Jayabaya Tentang Satria Piningit Atau Ratu Adil

 

Posisi pemimpin dengan nama yang berawalan atau akhiran Go sangat penting dan menentukan bagi perjalanan Bangsa Indonesia ke depan. Dia harus memiliki sikap tegas namun berwibawa sehingga mampu merangkul semua golongan. Meski tidak mengenal kompromi, namun mampu mengayomi dan memberi ketenangan pada masyarakat. (Baca juga “Inilah Calon Pemimpin Pasca Jokowi” ).

Setelah lima pemimpin dengan nama berawalan dan berakhiran yang membentuk Notonogoro mengakhiri kekuasaannya, maka lahirlah Ratu Adil sebagai penyempurna Bangsa Indonesia mencapai puncak kejayaan. Namun bisa jadi, pemimpin terakhir dalam Notonogoro tersebut yang justru berlaku sebagai Satrio Piningitsekaligus Ratu Adil.

Dalam ramalan Jayabaya, Ratu Adil disebut akan muncul dan kaki Gunung Lawu, sudah yatim piatu sejak kecil dan tidak memiliki sanak-saudara. Hal ini bisa ditafsirkan bahwa Satrio Piningit atau Ratu Adil tidak memiliki hubungan dengan kekuasaan sebelumnya sehingga bisa bertindak secara bijaksana dan adil bagi semua golongan.Jika berkaca pada sejarah masa lalu dan juga kondisi saat ini, sosok Satrio Piningit atau Ratu Adil hanya mungkin muncul dari situasi dan kondisi yang tidak normal. Sebab jika tatanan negara (demokrasi), khususnya dalam hal mencari pemimpin, berlangsung normal dengan siklus Iima tahunan, sangat sulit bagi orang-orang yang tidak memiliki ikatan dengan kekuasaan sebelumnya, untuk tampil menjadi pemimpin.

Baca juga tafsir ramalan jayabaya presiden pasca kepemimpinan Jokowi

Itulah misteri ramalan jayabaya indonesia tentang presiden ke 8dan ramalan jayabaya tentang satria piningit 
Dari uraian di atas, jangka Jayabaya masih relevan sebagai pedoman untuk mencari pemimpin Indonesia yang benar-benar bisa membawa kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh Bangsa Indonesia. Dengan demikian semboyan toto tentrem kerto raharjo - baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur baldatun, bukan Iagi sebatas impian, tapi sudah menjadi kenyataan.(diolah dari berbagai sumber).
Share:

Blog Archive