Ramalan Jayabaya Kapan Bangsa Indonesia Akan BerJaya Adil Dan Makmur NATANAGARA
Jayabaya yang terkenal dengan Ramalan Jayabaya selalu menarik untuk dibicarakan.Setelah sebelumnya membahas Tafsir Ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya serta membahas Ramalan Presiden Setelah kepemimpinan Jokowi menurut pembabaran isi ramalan jayabaya.Kemakmuran bagi bangsa Indonesia suatu keniscayaan, sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi untuk sampai pada kondisi itu, diperlukan perubahan-perubahan yang fundamental, termasuk datangnya pemimpin yang amanah dan melengkapi ramalan Jayabaya.
Hingga saat ini, Indonesia telah dipimpin oleh 7 Presiden. Namun Bangsa Indonesia belum mencapai kondsi yang ideal sebagaimana dicita-citakan oleh para pendirinya dan menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia. Harapan untuk kondisi di mana negara toto tentrem, adil dan makmur, bahkan mulai pudar berganti sikap pesimis dan saling gonthok-gonthokkan antar sesama anak bangsa. Ujaran kebencian, penghinaan terhadap ulama dan pemimpin, dilakukan secara kasar dan terbuka di muka umum.
Berita-berita yang tidak benar, tanpa sumber dan data yang jelas dengan tujuan untuk mendiskreditkan pihak lain, semakin marak tanpa kendali. Semua orang bebas membuat opini dan menjejelkan kepada masyarakat yang tidak paham tentang situasi dan kondisi. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang tegas dan siap berkorban untuk menumpas anasir-anasir yang ingin membuat kekacauan dan memecah-belah NKRI.
“Bangsa Republik Indonesia kini telah berjalan keluar melewati jalur semestinya dari Para pendiri bangsa,dan para aulia,serta para pahlawan yang sudah meneteskan darah demi kemerdekaan Republik Bangsa Indonesia,mereka menangis di kuburnya,” ujar Ki Ageng Ranggasasana, Ph.D.
Lebih jauh Ki Ageng Ranggasasana mengatakan, harus ada kebaruan dan perubahan agar perjalanan bangsa ini sesuai dengan keinginan seluruh rakyat Indonesia. Berikut petikan pemikirannya:
Isi Ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya Indonesia Akan Berjaya Makmur Dan Adil
Menurut Jayabaya, Bangsa Indonesia kelak mencapai adil makmur bila sudah mencapai tatanan kepemimpinan Republik Indonesia dengan NA- TA -NA - GA -RA (NATANAGARA). Proses kepemimpinan tersebut bisa melalui beberapa tahun ditempuh dan kelak tidak akan lama Iebih kurang 10 tahun — 15 tahun tercapai Indonesia adil makmur.
Tatanan atau yang disebut situasi dan kondisi Negara RI sejak 1998, awal zaman Reformasi, hingga kini carut marut, tumpang tindih zaman ini sudah mencampuri puncaknya hingga dipastikan bakal segara ada perubahan zaman.
Kemunculan zaman yang akan mengubah zaman Reformasi ini ditandai dengan munculnya para gaib/para ruh gaib yang masuk dalam diri banyak manusia hingga mereka tidak terkendali; “La Haula wa La Quwwata lila biliah”.
Bahwa manusia tanpa daya upaya, bila Allah menggerakkan, maka bergeraklah mereka; “Kun Fayakun” — JADI.. .maka JADILAH!
Isu politik yang mewarnai perkembangan perubahan zaman dari zaman Reformasi ke zaman yang akan lahir, yang pasti sangat mempengaruhi atas perubahan tersebut.
Maka Ki Ageng Rangga menyerahkan kepada seluruh rakyat Republik Indonesia, Jangan sampai mudah terprovokasi dan sebaiknya kendalikan nafsu amarah.” Proses kemunculan dan keikutsertaannya para gaib, para aulia, baladil amin. Begitupun lawannya para gaib, ruh jahat pun berperan dan bergerak.
Proses penentuan atas ‘NATANEGARA’ telah dimohon dan dirancang oleh para leluhur atas bangsa Indonesia supaya mencapai adil makmur itu, dilakukan dan di ikabulkan ditandai dengan sejak pertemuan Sri Paduka Maha Raja Prabu Siliwangi (Raja Agung Pajajaran) bertemu permaisurinya Nyimas Subang Larang di Pondok Pesantren Syekh Quro Karawang.
Lalu atas doa dan sumpahnya Sri Paduka Maha Raja Prabu Siliwangi telah dinyatakan dikabulkan oleh Allah Yang Maha Kuasa sejak saat itu.Sedangkan bicara kodrat irodat Allah sejak zamannya para wali — kini sudah saatnya bahwa ditandai bagi ruh yang sudah meninggal, kembali bakal muncul dan melalui masuk pada manusia-manusia yang dikehendakinya. Kemunculan mereka bakal diimbangi bagi para ruh/gaib jahat yang menghalangi maka bakal perang tanding.
Ramalan Jayabaya Atau Jangka Jayabya Satria Piningit Ratu Adil Presiden Republik Indonesia
Bila Natanegaradijabarkan dari kepemimpinan ini sangat bertalian dengan keberadaan geografis Pulau Jawa. Soekarno, presiden pertama dan SBY - Susilo Bambang Yudhoyono— Gus Dur
- Megawati, adalah ksatria yang muncul dari Jawa Timur yang mewakili atas kekuatan berdirinya kekuatan Negara yang disebut kaki oleh leluhur menyebut pada kekuatan ‘Sang HyangTapak’.
Sang HyangTapak — Minak jingga mengulur sejarah di zamannya dengan cikal bakalnya kerajaan-kerajaan Majapahit. Soeharto (presiden ke-2) dan di bawahnya, BJ. Habibie dan Joko Widodo adalah kekuatan pada perut dan badan lebih dominan pada kekuatan Pulau Jawa – Jawa Tengah dan Yogyakarta yaitu dengan Sang Hyang Udel. Maka kemakmuran utama yang menjadi utama dalam membangun.
Sedangkan pada kekuatan kepemimpinan Negara/Presiden RI yang akan datang bakal pada kekuatan ‘NEGARA’. Yaitu pada kekuatan Sang Hyang Sirah, yang berarti kepala dan condong pada kekuatan muncul kepemimpinan dari Pulau Jawa bagian barat atau Jawa Barat dan Provinsi Banten. Sang Hyang Sirah tempat keramat tepatnya ada pada ujung pulau Jawa bagian barat, ujung barat Banten (Selat Sunda).
Natanegara, yang pasti kepemimpinan dari kelompok ‘Nagara’ adalah kepemimpinan yang muncul dari negeri Pulau Jawa bagian kulon yang mendapat dukungan dari seluruh leluhur bangsa Indonesia secara keseluruhan. Yang pasti juga direstui oleh para wali raja kerajaan Cirebon dan Banten. Dialah ksatria yang ditunggu-tunggu bangsa Indonesia.
Orang menyebut ‘Ksatria Piningit’. Dia sesungguhnya masih darah keturunan kerajaan Pajajaran dari perkawinan Syekh Syarif Hidyatullah dengan ibu Ratu Kuning dan lahirlah Pangeran Raden Ranggajati alias Pangeran Kuningan, dan keturunan ke bawhnya. Ingat, bagaimana sejarah Jakarta yang direbut kembali dari Portugis dengan Raden Fatahillah sebagai wujud kemenangan yang nyata dialah sesungguhnya Syekh Syarif Hidayatullah sunan Gemajati dan anak-anaknya dibantu raja-raja di Pulau Jawa.
“Masih banyak pertanda alam yang bisa kita baca untuk memahami apa yang terucap dan tersirat oleh para aulia dan leluhur bangsa sebagai penunjuk jalan menuju tercapainya cita-cita kita bersama mewujudkan negara Indonesia yang adil dan makmur dalam bingkai NKRI. Persoalannya tinggal kita mau membaca tanda-tanda itu dan mengikutinya atau kita abai dan merasa paling benar,” ujar Ki Ageng Ranggasasana.
Menurut Ki Rangga, banyak contoh bagaimana suatu bangsa menjadi besar karena menghormati dan mengikuti petunjuk para aulia dan Ieluhurnya seperti China, Jepang, bahkan lnggris. Tetapi sebagian anak bangsa Indonesia justru mengabaikan dan mengangapnya sebagai mistik dan tahayul.
“Orang Jepang sangat menghormati dan mempelajari pemikiran-pemikiran leluhurnya sehingga mereka tumbuh menijadi negara maju tanpa kehilangan identitas budayanya.
Mengapa kita tidak mau mencontoh hal itu?” gugat Ki Rangga.
Kita semua terpulang pada diri kita, sebagai generasi penerus bangsa. Semoga para pemimpin mendatang, mau belajar pada sejarah dan mengambil kearifan lokal sebagai dasar pembentukan karakter bangsa.
Jangan lewatkan Ramalan Jayabaya Tafsir Jangka Jayabaya NOTONOGORO Tentang Presiden Indonesia
Jangan lewatkan Ramalan Jayabaya Tafsir Jangka Jayabaya NOTONOGORO Tentang Presiden Indonesia
Itulah Menguak Ramalan Jayabaya mengenai kapan Bangsa Indonesia akan menjadi negara yang jaya makmur adil merata amanah
0 comments:
Post a Comment