Cerita Legenda Indonesia Asal-Usul Gunung Halat
Kisah cerita legenda asal-usul gunung di Indonesia salah satunya adalah Gunung Halat. Pada zaman itu, ditengah-tengah belantara yang diapit oleh pegunungan, tampak raksasa bernama Tilan yang sedang bertapa dengan tubuh berbalut kuilt kayu. Bukan kesaktian yang diharapkan, di usianya yang empat puluh lima tahun, ia belum juga mendapatkan pasangan hidup.
Entah sudah berapa tahun Tilan duduk dengan tekun di tempat itu. Hingga suatu hari, seorang raksasa tua dengan suara menggelegar mengusik tapanya; “Apa yang. kau lakukan di sini anak muda?”Getaran suara sang raksasa tua mampu membuat tubuh Tilan terjengkang beberapa meter. Tilan terbangun dengan hati bertanya-tanya. Setelah tenang, dengan santun, Tilan pun bertanya; “Maafkan saya karena tidak menyambut kedatangan Tuan. Dengan siapakah saya berhadapan’
“Aku Marlung, Penguasa hutan dan pegunungan di wilayah ini Jawab pertanyaanku dengan jujur, untuk apa engkau bertapa di sini?” Jawab sang raksasa tua sambil balik bertanya.
“Saya sedang memohon untuk mendapatkan jodoh,” jawab Tilan.
“Teruskan tapamu anak muda, dan setelah dua belas purnama, saya akan kembali kesini,” kata Marlung.
Tilan hanya tergugu. Kebingungan mulai melanda hatinya, kini, perasaannya menjadi lega. Ternyata, ia tak hidup sendiri di dunia. Dan dewata pasti menciptakan sosok bertubuh besar berkelamin wanita seperti dirinya.Waktu terus berlalu, mendadak, Tilan terusik untuk kedua kalinya ketika telinganya menangkap suara hardikan perempuan; “hai siapa engkau dan sedang apa di sini’’
Legenda misteri cerita dongeng asal-usul gunung halat
Tilan yang tersadar langsung menarik napas dalam-dalam beberapa kali, kemudian menjawab dengan santun sambil perlahan-lahan membuka matanya; “Saya sedang memohon untuk mendapatkan jodoh dan baru tujuh belas purnama bertapa di tempat ini.”Di depannya tampak sosok perempuan bertubuh raksasa dengan rambut yang tak beraturan dan menutup tubuhnya dengan kulit kayu. Pandangannya tajam menembus relung hati, suaranya pun menggelegar.
Setelah sejenak memperhatikan Tilan, kembali terdengar suaranya; “Baik anak muda dan teruskan tapa bratamu.Belum lagi gema suara itu hilang, perempuan raksasa itu sudah enyap seolah ditelan bumi.Kedatangan perempuan tua raksasa itu membuat Tilan makin yakin, masih ada perempuan muda raksasa lainnya yang diciptakan dewata untuknya. Soalnya, dewata telah menciptakan manusia berpasang-pasangan.
Pada suatu hari, telinga Tilan yang sudah terbiasa dengan bunyi-bunyi di sekitarnya mendengar senandung kecil di antara suara burung dan dedaunan yang gemerisik ditiup angin. Penasaran, ia bangkit dari pertapaan dan menyusuri jalan, menyibak rimbun dedaunan dengan perlahan.Langkah kakinya terhenti, saat mendengar senandung perempuan cli balik rumpun bambu. Ia ingin tahu, siapa pemilik suara itu.
Sesaat Tilan terpaku. Rasa penasaran membuatnya mendekat dengan hati-hati, agar kehadirannya tak diketahui gadis cantik bertubuh raksasa berkulit bersih, berambut panjang, hitam dan legam, yang jika berdiri mungkin panjang rambutnya mencapal tumit.
“Siapa itu. .?!” seru gadis raksasa itu saat melihat kehadiran Tilan.
“Maafkan aku. Suara nona yang merdu membuatku datang kemari. Suara nona ternyata secantik orangnya..,” jawab Tilan sambil menampakkan diri.
“Siapa kamu? Beraninya mengintipku? Apa maksudmu?”
“Namaku Tilan. Aku bertapa di Iembah sebelah sana. Aku ingin minta petunjuk kepada dewata tentang jodohku. Nah, pertanyaan nona sudah kujawab. Sekarang, giliran nona. Siapa nona, dan dari mana?”
“Namaku Ambar, asalku di sebelah bukit ini. Orang tuaku bernama Mratung,” sahut perempuan itu dengan nada lunak.
Kisah Legenda cerita asal-usul dongeng gunung halat
Tilan lega, tapi kaget setelah tahu, bahwa gadis raksasa itu adalah putri orang tua raksasa yang pernah menemuinya. Saat mata Tilan beradu pandang dengan mata Ambar, dadanya berdegup kencang. Begitu pula Ambar. Wajah gadis raksasa itu bersemu merah, tertunduk malu tersipu-sipu.
“Ambaaar
Suara yang nyaring dan menggelegar tiba-tiba memanggil nama gadis itu. Suara itu merontokkan dedaunan kering di atas pepohonan. Demikian nyaringnya suara itu, membuat sepasang muda-mudi yang sedang beradu pandang itu tersentak ke belakang, hingga jarak mereka berjauhan.Belum hilang rasa kagetnya, Tilan dikagetkan lagi dengan kehadiran pemuda bertubuh raksasa berbaju kulit kayu. Pemuda itu berdiri tegap dan tegak, dengan mata kemerahan, Iangsung membentak,
“Siapa kamu?”
“Aku, Tilan. Anda sendiri, siapa?”
“Aku Marlung, putra Mratung, penguasa wilayah ini. Mengapa kau mengganggu adikku!?”
“Maaf, tapi aku tak melakukan apa-apa. Kami baru saja berkenalan.”
“Apa maksud kedatanganmu?!”
“Mencari jodoh. Tak disangka, di sini bertemu dengan keluarga bertubuh sama besar denganku, dengan anak gadisnya yang cantik.”
“Apa maksudmu?!”
“Aku ingin menyuntingAmbar,”jawab Tilan terus terang.
Marlung tampak kurang senang. “Kami tinggal satu kelompok. Semuanya raksasa. Pergilah ke sebelah bukit sana, akan kau jumpai raksasa seperti kami. Di sana juga banyak gadis raksasa. Jika ingin menyunting adikku, kau harus adu ilmu denganku dulu. Agar kami tidak salah pilih. Engkau dari mana, keluarga siapa?!”Tilan berpikir sejenak. Selama bertapa, hanya Ambar raksasa perempuan yang pernah ditemuinya. Jika perempuan itu memang jodohnya, adu kesaktian untuk mendapatkannya cukup sepadan.
“Baiklah. Aku yakin, Ambar adalah jodohku. Mari kita bertarung...”Tilan dan Marlung kemudian adu kesaktian.
Bagi Ambar, menyaksikan pertarungan seperti itu sudah biasa. Sebab, ia dibesarkan dalam adat istiadat seperti itu. Pertarungan itu menumbangkan pepohonan, akibat terkena pukulan dan tendangan keduanya. Perkelahian mereka berlangsung siang-malam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan. Semakin lama, arena perkelahian mereka semakin meluas, mendekati Iembah tempat Tilan bertapa.
Dalam satu kesempatan, keduanya mengeluarkan ilmu tingkat tinggi. Saat keduanya mengangkat tangan, keluar cahaya putih menyilaukan mata, lalu mereka melontarkannya dan beradu di udara. Hawa panas pukulan itu mengenai sebatang pohon besar. Pohon itu Iangsung hangus dan terbakar, terbelah dua dengan warna berbeda. Belahan pohon pertama yang berwarna merah roboh ke arah utara, yang kehitaman roboh ke selatan.
Saat pertarungan telah berlangsung tiga purnama dan mencapai puncaknya, mereka masing-masing mengeluarkan ilmu beralih rupa. Tilan berubah wujud, menjadi ikan bermulut lancip, dengan punggung berduri tajam tanpa sisik; sementara Marlung menjadi belut besar berkepala mirip ikan gabus, bertubuh bulat dan panjang.
Cerita Kisah Legenda Dongeng asal-usul gunung halat
Keduanya menceburkan diri ke dalam kolam. Di dalam kolam, keduanya membelit dan saling tusuk dengan senjata masing-masing. Air kolam keruh menjadi lumpur, bergolak dan mengeluarkan gelombang udara.Saat itulah Mratung dan Ambar datang.Mratung murka dan membentak keduanya agar menghentikan perkelahian. Namun, keduanya tak menghiraukan.
“Kalau kalian tak henti berkelahi, kalian takkan kembali ke wujud semula...!” seru Mratung.Sambil mengangkat kedua tangannya, Mratung mengucapkan mantra. Tangannya mengeluarkan cahaya keemasan. Cahaya itu diarahkannya ke kolam. Air kolam yang semula keruh berlumpur dan bergolak, tiba-tiba menjadi tenang. Mratung memisahkan tubuh keduanya yang kelelahan, dan berkata, “Untuk selamanya, wujud kalian akan begini! Kalian harus pergi dari kolam ini!”
Dengan tubuh Iemah lunglai, keduanya pergi meninggalkan tempat itu, masingmasing ke arah utara dan selatan, membuat jalan dengan sisa-sisa tenaganya. Dan jalan yang mereka buat, terbentuk dua aliran sungai. Sungai di utara kini dinamakan Sungai Mahiri, yang banyak ikan marlungnya. Tapi, di sungai itu tidak ada ikan tilan. Sebaliknya, sungai di selatan kini dikenal sebagai Sungai Pupuh. Di dalamnya, banyak ikan tilan, tapi tak ada ikan marlung.
Dari cerita orang-orang tua, dahulu di perbatasan Gunung Halat ada pohon besar bercabang dua, yang berbeda jenis dari warna daunnya. Konon, itulah pohon yang pernah terbelah dua akibat perkelahian Tilan dan Marlung. Pohon itu hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang mempunyai ilmu kebatinan. Kini, daerah itu menupakan perbatasan Provinsi Kalimantan Timur dengan Provinsi Kalimantan Selatan.
Jangan lewatkan kisah legenda burung garuda raksasa pemangsa manusia
Jangan lewatkan kisah legenda burung garuda raksasa pemangsa manusia
Itulah salah satu cerita kisah legenda dongeng asal-usul di Indonesia yaitu Gunung Halat yang ada di Pulau Kalimantan.
0 comments:
Post a Comment