16 February 2017

Cerita Legenda Burung Garuda Sang Pemangsa Terbesar Di Dunia

Cerpen Dongeng Anak-Anak Kisah Legenda Burung Garuda Terbesar Sang Pemangsa Manusia

Mulanya, suara burung garuda merupakan ancaman maut yang teramat mengerikan, namun sekarang, suara burung goheba terdengar merdu dan di sambut gembira oleh para penduduk setempat...

Pada suatu masa, ketika Pulau Buru belum dibagi menjadi Kabupaten Buru dan Kabupaten Buru Selatan, terdapat sebuah negeri yang damai karena terletak di sebuah teluk kecil dan hamparan pasirnya yang begitu luas dan indah. Sementara, di depan sana, terdapat hamparan laut nan luas tak bertepi, Laut Banda. Dan ketika air surut, maka, d tepian pantai banyak terdapat udang, keong, ketam, kerang dan kelomang. Selain itu pula terdapat tetumbuhan seperti ganggang merah, ganggang hijau, dan bintang laut.
sejarahburung garuda
Waktu terus bergulir, beberapa tahun kemudian, para tetua dan tokoh masyarakat sengaja memindahkan pusat pemerintahannya di sebuah dusun kecil yang bernama Leksula, yang kemudian berkembang menjadi negeri dan kota pelabuhan di Kabupaten Buru Selatan.
Walau telah lama ditinggalkan, namun, Negeri Tifu, ternyata menyimpan kenangan yang tak mudah untuk dilupakan

Tak jauh dari Negeri Tifu, terdapat sebuah gunung yang jika dilihat dari pelabuhan menyemburatkan warna merah keemasan. Di sana, terdapat dua goa yang letaknya berjauhan antara satu sama lain yang dihuni oleh sepasang burung ganas yang dikenal dengan sebutan burung garuda. Agaknya, itulah yang menyebabkan kenapa gunung tersebut akhirnya dikenal dengan sebutan Gunung Garuda.

Tak ada yang bisa memungkiri, burung itu adalah burung elang terbesar yang terdapat di Pulau Buru, sehingga, jika tengah mengembangkan kedua sayapnya ketika tengah melewati Negeri Tifu, maka, hampir sebagian negeri pun menjadi gelap karenanya.

Sebagai burung yang paling ganas di antara para burung pemangsa lainnya, maka, garuda itu memiliki kaki yang pendek kokoh sehingga mampu melumpuhkan mangsanya dengan cepat dan cakar yang teramat tajam untuk mencengkeram mangsanya.

OIeh sebab itu. kedua garuda itu mampu membunuh mangsangnya dengan cara yang sangat cepat dengan mengandalkan perpaduan antara kecepatan, kekuatan dan paruh yang demikian tajam. Sementara, bulu dan sisiknya yang tebal, mampu melindungi seluruh tubuhnya dari gigitan atau sengatan binatang lain yang tengah dilahapnya.

Mitos Mistis Misteri Legenda Dongeng Burung Garuda di Indonesia


Yang paling rajin mencari mangsa adalah garuda betina. Jika tak mendapatkan mangsa berupa ikan di lautan nan luas, maka, manusia yang menghuni daerah yang jauh dari Negeri Tifu pun menjadi sasarannya.
Boleh dikata jika ada kapal asing lewat di daerah itu, dengan cepat, Si garuda betina pun keluar dari sarangnya diiringi dengari suara mengaum bak halilintar, ia langsung menyerang dengan ganasnya. Akibatnya, dalam waktu yang demikian singkat, seisi kapal dan muatannya pun berpindah ke sarangnya. Jika sudah begitu, tak ama kemudian, terdengar suara yang menggetarkan bumi, sebagai pertanda kegembiraan dari garuda betina ingin mengabarkan kepada seisi alam akan keberhasilannya dalam berburu di hari tu.
Jika sudah begitu, biasanya, garuda betina tidak akan keluar dari sarangnya. Kedua garuda itu hanya menghabiskan makanan yang ada.

Berita tentang keganasan kedua garuda itupun telah menyebar kemana-mana. Bahkan, sampai ke negeri Tiongkok. Sebagai manusia biasa, para pelaut Tiongkok pun gentar. Tetapi apa daya, mereka tetap harus melewati daerah itu. Akhirnya, mereka pun mencari cara yang terbaik untuk menyingkirkan kedua burung pemangsa itu. Tekad mereka pun bulat, garuda atau mereka yang harus hancur.

Ketika waktu pelayaran tiba, tepatnya, sejak kapal meninggalkan pelabuhan, mereka telah menemukan dan menentukan cara yang tepat dalam menghadapi keganasan sepasang garuda tu. Ya  mereka membekali diri dengan tombak sepanjang tiga meter. Bahkan dalam pelayanan sekali ini, mereka membawa persenjataan sampai tiga kali lipat.

Ketika kapal mulai memasang Iayar, sang nakhoda pun berkata; “Ingat menjelang Negeri Tifu, maka, semua tombak harus segera dipanaskan. Tidak ada seorang pun yang ada di bawah, semua harus ada di geladak.
“Jangan bertindak gegabah, semuanya tunggu perintahku !..” Tambahnya dengan bensemangat.
“Yang tidak berani, bergabung pada barisan pelempar tombak. Bagi yang berani, kalian bersama denganku, bergabung dalam barisan penusuk,” lanjutnya menerangkan.
Sejenak semua yang ada saling pandang. Tak ada suara yang keluar, kecuali hembusan angin yang menderu.
“Mengerti ...!“ Teriak sang nakhoda memecah keheningan.
“Siaaaaap ...!“ Kata para anak buah kapal dengan serempak..

Pembagian tugas pun Iangsung dilaksanakan. Ada yang mempersiapkan perapian untuk membakar tombak, dan ada pula yang bertugas membagikan kepada yang membutuhkan Waktu terus berjalan, ketika kapal
mulai memasuki perairan Negeri Tifu, kewaspadaan pun Iangsung ditingkatkan. Semua mata tombak yang ada di kapal langsung dibakar. Seluruh awak kapal sudah berada di geladak. Mereka menunggu komando dan sang nahkoda.

Bersamaan dengan mata tombak yang memerah karena dibakar, tendengar suara memekakkan telinga diiringi dengan kegelapan akibat matahari tertutup oleh bentangan sayap kedua pemangsa itu. Dan tak ama kemudian, kaki sepasang burung itu langsung menerkam mangsa yang ada di dekatnya.
Namun, sekali ini, sepasang garuda itu menghadapi perlawanan yang cukup menggetarkan. Betapa tidak, semua awak kapal menyongsong kedatangannya dengan melempar dan menusukkan tombak yang membara.
Walau menderita kesakitan yang teramat sangat, agaknya, sepasang garuda itu enggan untuk melepaskan mangsanya dengan begitu saja. Bahkan, keduanya sempat mengibaskan sayapnya secara bengantian ke tiang kapal. Akibatnya, tiang kapal pun roboh dan menimpa beberapa awak yang ada di dekatnya.

Perlawanan para awak kapal membuat suasana menjadi amat ingan. Teriakan dan kepakan sayap serta raungan suara sepasang garuda yang mulai kesakitan akibat tusukan dan lemparan tombak yang membara mulai membakar bulu-bulunya, membuat bumi seolah tenguncang.
Namun, beberapa saat kemudian, yang tendengar hanyalah raungan kesakitan. Ya ... sayap tak lagi bisa mengepak, sepasang kaki yang kokoh pun seolah tak mampu lagi menyangga tubuhnya yang berat dengan membawa luka di sana-sini senta kepakan sayap yang tak lagi seperkasa dulu, sepasang garuda itupun mulai mencoba untuk menjauhi kapal.

Misteri Kisah Nyata Sejarah burung garuda

Tak lama kemudian, tampak kedua burung itu jatuh di tepi pantai Negeri Tifu. Dan bangkainya menjadi “Tanifal” atau sebidang daratan berpasir putih halus. Dan daratan yang dikelilingi air laut di tepi pantai Tifu ini akan Nampak bila terjadi air surut. Bahkan, kedua biji mata burung itupun berubah menjadi dua buah batu besar....

Seiring dengan penjalanan sang waktu, akhirnya, batu besar yang banyak ditumbuhi rumput itu menjadi dua buah pulau kecil nan indah dan dikeramatkan. Kini, di daerah tersebut tak ada lagi burung garuda pemangsa, yang ada hanyalah bunung goheba atau burung elang yang banyak diyakini masyarakat sebagai keturunan dari burung pemangsa tadi. Burung Goheba bukan merupakan burung pemangsa, melainkan bunung yang banyak. memberikan tanda-tanda baik bagi nelayan dan masyarakat yang mukim di Negeri Tifu.
Betapa tidak, jika di langit tampak banyak bunung goheba benterbangan sambil terus berbunyi dan mengelilingi Negeri Tifu, maka, sudah dapat dipastikan betapa nelayan akan mendapatkan hasil yang berlimpah ruah.
itulah sejarah burung garuda raksasa pemangsa manusia yang dapat dijadikan dongeng anak-anak
 Jangan lewatkan sejarah kenapa ubi cilembu rasanya manis?
Oleh sebab itu, jika para nelayan melihat pertanda ini, tak ada alasan untuk bermalas-malasan, mereka segera melaut dengan penuh semangat dan harapan yang besar, untuk mendapatkan banyak ikan yang memasuki pelabuhan Tifu.(Dan berbagai sumber terpilih)

Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive