Showing posts with label CERPEN ANAK. Show all posts
Showing posts with label CERPEN ANAK. Show all posts

03 June 2018

Cerita Legenda Malin Kundang Anak Durhaka


Cerita Legenda Malin Kundang Anak Durhaka | Cerita Rakyat
Al-Kisah pada zaman dahulu kala, pernah hidup sebuah keluarga miskin di kawasan daerah pesisir pantai. Sang ayah bekerja ikut bekerja di kapal-kapal para pedagang untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Keluarga tersebut punya seorang anak lelaki yang umurnya masih kecil, yang bernama Malin Kundang. Boleh dikata, Malin Kundang termasuk anak yang rajin, dia suka membantu setiap pekerjaan ibunya untuk dapat meringankan beban orang tua. Sehingga sang ibu sangat sayang kepada Malin Kundang.


Cerita Legenda Malin Kundang Anak Durhaka

Sampai pada suatu ketika, sang ayah pun pergi berlayar. Akan tetapi setelah hari itu, sudah tidak pernah terdengar kabar lagi berita mengenai ayahnya. Setelah lama bertahun-tahun pun berlalu, Sang ibu malin kundang pun kini selalu bekerja keras seorang diri untuk dapat menghidupi dirinya dan agar dapat membesarkan si Malin. Melihat hal tersebut, kemudian malin kundang yang masih berumur belia merasa sangat kasihan pada sang ibu. Lalu ia bertekad untuk bekerja mencari nafkah, merantau dan kelak akan pulang membawa harta yang banyak untuk diberikan pada ibunya. Dan pada suatu hari, ada sebuah kapal yang cukup mewah yang berlabuh. Nah, seperti biasa, malin segera berlari ke kapal tersebut bersama para pekerja angkut lainnya, karena pekerjaan malin memanglah bekerja sebagai kuli panggul bagi orang-orang pedagang yang datang.
Melihat seorang malin yang sangat rajin, sang nahkoda kapal jadi sangat tertarik padanya. Dan dia berniat untuk mengajak malin untuk berlayar dan bekerja di dalam kapalnya. Malin pun turut merasa amat senang mengenai tawaran itu, karena mimpinya memang untuk berlayar dan merantau ke negeri seberang akan dapat segera terwujud. Kemudian dia langsung berlari pulang untuk memohon izin pada ibunya.
Legenda Malin Kundang
Perasaan sang ibu, dengan rasa berat hati, ibunya pun melepas anak semata wayangnya tersebut. Ingin rasanya hati si ibu untuk menahan malin agar tidak pergi, akan tetapi karena melihat tekad malin yang sangat kuat, sang ibu tak kuasa untuk melarangnya. ''berhati-hatilah di tanah rantau ya nak. Jangan lupa untuk selalu bersikap baik kepada semua orang, dan selalu rendah hati, serta jangan lupa mohon kemudahan & perlindungan kepada Tuhan yang maha kuasa''. Itulah Pesan ibu malin. ''baik mak.. malin akan selalu ingat nasehat dari emak. Kelak, suatu saat nanti malin akan pulang membawa harta yang banyak untuk emak. Malin akan jadi orang kaya, sehingga emak tak perlu lagi bekerja. Malin pamit emak''. Ucap malin berpamitan di iringi derai air mata sang ibu.
Kemudian setelah hari itu, setiap hari ibu malin selalu berdiri di tepi pantai memandang cakrawala, dan berharap malin agar segera pulang. Setiap terdapat kapal yang singgah, ibu malin selalu berlari untuk menghampiri, dan berharap anaknya yang datang di kapal tersebut. Akan tetapi selalu saja kekecewaan yang ia peroleh, anaknya tak ada di dalam kapal itu.
Kemudian, Bertahun-tahun pun mulai berlalu, ibu malin masih menunggu kepulangan malin dengan setia. Ia selalu berdiri di tepi pantai, dan memandangi cakrawala pada pagi dan sore hari, selalu berharap agar anaknya cepat pulang. Hingga pada suatu ketika, para penduduk mulai tampak sangat ramai berlarian menuju ke pelabuhan. Sang Ibu malin kundang yang pada saat itu telah tampak tua renta dan sakit-sakitan mulai bertanya kepada salah seorang penduduk. Rupanya, di pelabuhan tengah berlabuh sebuah kapal yang amat mewah dan juga besar. Pemiliknya ialah seorang pemuda yang tampan dan juga kaya raya, mereka membawa barang dagangan yang amat sangat banyak. Mendengar hal tersebut, ibu malin pun bergegas langsung ikut berlari menuju pelabuhan. Langkahnya tampak lemah dan tertatih-tatih karena tubuhnya yang tua renta dan juga sakit-sakitan.
Sesudah sampai di pelabuhan, terlihat sangat banyak orang-orang berkumpul. Di atas kapal tersebut terlihat sepasang muda-mudi yang mengenakan pakaian mewah sedang membagi-bagikan uang kepada mereka. Dan betapa gembiranya hati ibu malin, karena ia melihat, dan ia sangat yakin bahwa pemuda gagah dan tampan itu adalah anaknya. Dia pun langsung bisa mengenalinya karena tanda lahir yang dimiliki malin.

Dengan segera, ibu malin pun naik ke atas kapal dan langsung memeluk si malin. Akan tetapi, tak disangka perlakuan malin sungguh di luar dugaan sang ibu, dia melempar perempuan tua tadi hingga terjatuh. ''Siapa kamu? Berani-beraninya mengotori baju mahalku?''. Kata malin membentak. ''Malin… anakku…. ini aku nak, ibu mu. Sekarang kau benar-benar sudah jadi orang kaya nak. Ibu sangat senang kau telah pulang''. Ucap ibu malin. Malin pun terkejut mendengarnya, dia tak menyangka bahwa wanita dengan pakaian lusuh tersebut adalah ibunya yang telah lama ia tinggalkan.

''Apa benar pengemis ini ibu kamu bang? Kamu bilang, kalau kamu anak yatim piatu, rupanya ia masih hidup sebagai pengemis..''. Tanya istri malin kundang dengan ucapan yang ketus. Karena rasa malu pada isterinya, malin kundang akhirnya pun membantah hal tersebut. Dan mengatakan bahwa dia si nenek tua itu hanyalah seorang pengemis yang cuma mengaku-ngaku sebagai ibunya untuk memperoleh uang lebih. Kemudian malin kundang meminta awak kapal untuk mengusirnya dengan cara kasar, dan dengan segera untuk mengangkat sauh dan berlayar agar meninggalkan tempat itu segera.

Setelah sang Ibu menerima perlakuan yang sudah sangat keterlaluan dari seorang anaknya sendiri, kemudian hati ibu malin kundang pun merasakan amat sangat kecewa yang mendalam. Rasa sakit di hatinya begitu dalam sungguh tiada terkira rasanya. Akirnya, dia pun berdo'a kepada Tuhan yang maha kuasa. .''Ya Tuhanku.. engkau adalah dzat yang maha adil, dan selalu mendengar setiap do'a hamba mu ini. Bila benar dia bukan Malin anak ku, maka berikanlah ia keselamatan dan juga kebahagiaan. Namun jika ia benar-benar Malin kundang anak ku yang sudah lama pergi, maka sekarang aku kutuk ia jadi batu''.

Legenda Kisah Indonesia lainnya


Dan dengan seketika, langit yang tadinya cerah langsung menjadi gelap. Angin pun mulai berhembus dengan sangat kencang, dan kemudian datanglah hujan badai besar yang langsung menerjang kapal tersebut. Petir bersaut-sautan, ombak pun mengamuk dahsyat. Melihat hal tersebut, malin jadi merasa sangat menyesali akan semua perbuatanya. Akan tetapi minta ma'af kini telah terlambat. Seketika  kapal mewah tersebut dihantam petir yang amat sangat besar sampai pecah berkeping dan kemudian karam. Nah, konon malin kundang pun berubah menjadi sebuah batu karena ia telah berani durhaka kepada ibunya. baca kisah-kisah menarik tentang cerita anak, kisah islami, kisah hikmah, kisah misteri dan kisah-kisah menarik lainnya hanya di expobia.id.
Share:

02 March 2018

Dongeng Anak : Kebahagiaan untuk anak yang baik budi


Dongeng Anak : Kebahagiaan untuk anak yang baik budi
Seorang Anak itu bernama Desima. Ia berumur kira-kira sepuluh tahun. Ia saat ini duduk di kelas empat sekolah dasar. Ayah Desima sudah meninggal dunia. Sekarang ia hanya tinggal bertiga bersama dengan Emak, dan seorang adiknya.
Setiap hari mereka selalu bekerja. Pekerjaan Emak membuat kue, Desima dan adik yang bertugas menjualnya. Kue itu yang mereka jajakan ke banyak tempat tempat.

Pada Suatu kali, saat Desima sedang menjajakan kuenya. Lorong-lorong pun ditelusurinya sambil membawa atau menjunjung kue diatas kepala. Satu demi satu kue pun di beli orang. Desima selalu melayani pembelinya dengan ramah dan sopan santun. Budi pekerti Desima yang baik luhur membuat orang-orang sangat suka padanya. Bila Desima lewat, mereka seringkali memanggilnya, dan kemudian membeli kue dari Desima.



Pada saat Menjelang senja, kue sudah habis terjual. Desima pun pulang menuju rumah. Dia ingin sekali cepat sampai, karena ingin menceritakan keberhasilannya dalam menjual kue pada ibunya.

Nah, Dalam perjalanan pulang, Desima melihat langit yang mendung. Angin pun bertiup dengan cukup kencang. Kilat saling sambar-menyambar. Tiba-tiba terdengar suara petir sangat menggelegar. Desima pun merasa amat ketakutan.
Tak lama kemudian, Hujan pun mulai turun. Desima berlari-lari kecil untuk mencari tempat berteduh. Di sebuah rumah kecil Desima pun terhenti. Dia berdiri sambil merapatkan badannya ke dinding rumah agar tak terkena hujan.
Namun, Hujan tidak kunjung berhenti. 

Desima sudah lama menunggu hujan reda. Lama kelamaan, hari pun mulai malam. Desima semakin merasa gelisah. Apakah dia harus berjalan dengan menerobos hujan deras ini?

Desima tak memiliki pilihan lain, dia harus segera pulang agar ibunya tak khawatir. Dia tak ingin ibunya jadi cemas dan mencarinya. Kemana ibunya akan mencari? Ia takut ibunya jadi jatuh sakit karena akan kehujanan.

Ia pun memberanikan diri, sambil menjunjung nampan tempat kue, Desima pun pergi meninggalkan rumah kecil tersebut. Dia melangkah terus menerus dalam hujan. Sesekali Desima terpeleset. Jalan terasa sangat licin dan juga gelap.
Ada seorang nenek yang baru pulang dari masjid dan nampaknya kenal pada Desima. Karena memang Desima selalu bergaul baik dengan siapa aja. Desima juga senang menolong orang. 

Desima pun dipanggilnya. rupanya nenek itu ingin memberi obor pada Desima. Karena malam kian gelap saja. Hujan juga masih turun. Nenek itu nampak sangat sayang pada Desima.

Setelah pamit dan mengucap terimakasih, dengan penuh hati-hati, Desima membawa obor yang diberi oleh nenek tadi. Obor itu yakni terbuat dari potongan bambu yang di isi kain yang di basahi dengan minyak tanah. Kain itu dimasukkan ke dalam potongan bamboo, dan ujungnya disulut dengan api. Desima selalu berusaha agar supaya api itu tak basah oleh air.

Sekujur tubuh Desima mulai merasa dingin. Ia terus melangkahkan kakinya. Akhirnya, ia pun sampai di rumahnya. Desima mulai menghela nafas sejenak. Perasaanya sangat lega. Desima segera masuk. Namun perasaanya kembali gelisah. Rumahnya rupanya hanya di tunggui oleh adiknya. Dugaan Desima rupanya benar. Emaknya sudah mencarinya.

Desima pun kembali menyalakan obor. Ia langsung segera pergi. Menurut adiknya, ibu mencarinya ke kampung seberang. Kampung seberang ada di seberang sungai yang melintasi desanya. Tadi sore Desima memang jualan ke sana. 

Desima pun kembali berjalan menerobos hujan. Langkahya mulai dipercepat. Ia ingin agar segera tiba di kampung seberang. Tidak jauh dari rumahya, ada sebuah sungai, Antara kampungnya dan kampung seberang yang dihubungkan oleh jembatan. Melewati jembatan itu Desima biasanya pulang pergi ke seberang.
Belum lama berjalan, tiba-tiba terdengar suara benda berat runtuh. "Brak...brak..brak.....", kemudian serasa hening mencekam. Suara apa itu? Desima tak jadi melangkah.

Desima mencari arah datangnya suara tadi. Rasa-rasanya suara itu datang dari arah jembatan.

Desima pun mencoba melangkah ke arah jembatan. Obor diangkatnya tinggi-tinggi agar supaya menerangi jalan. Desima pun terus melangkah.
Ternyata jembatan itu sudah di hantam air Bah yang cukup meluap, Besi tiang jembatan itu juga ikut jatuh ke dalam sungai.

Desima pun mulai panik. Pikirannya jadi kacau. Bukankah emak harus melewati jembatan itu agar sampai ke rumah. Desima semakin merasa cemas.
Maka, Dengan sekuat tenaga, Desima pun berteriak minta tolong. "Tolongg...tolong..jembatannya runtuh..!" namun suaranya hilang ditelan gemuruh air sungai dan terpaan air hujan yang deras.

Berkali-kali Desima mencoba berteriak, namun tak seorang pun yang dapat mendenganrnya.

Ingin sekali dia berlari mengatakan pada para penduduk, namun tempat itu jauh dari daerah keramaian. Dia semakin cemas, apa mungkin emak ikut jatuh ke dalam sungai?

“Ah...tidak mungkin...tidak mungkin!”
Desima tidak tahu harus pergi kemana. Dia benar-benar merasa bingung dan cemas.

Namun baiklah, aku akan segera memberitahukan hal ini pada orang yang ada di ujung jalan itu, kata Desima dalam hati.

Baru saja dia hendak pergi, sebuah cahaya yang terang muncul dan bergerak sangat cepat.

“Celaka .... sebuah buss penumpangg akan segera lewat!"
Bus itu pun semakin mendekat dan meluncur deras menujuu jembatan yang sudah ambruk itu. Dengan cepat Desima pun bergerak ke tengah jalan sambil mengangkatt obor yang ia pegang tinggi-tinggi.
Dia tidak peduli lagi dengan keselamatann dirinya, bus dan penumpangnyaa harus bisa diselamatkan.

Dalam jarak yang sangat dekat. Pak sopir pun melihat dan dengan seketika menginjak rem mendadak. Desima hampir aja dihantamm bus yang penuh penumpang itu.

Karena tidak kuasa lagi memegangg obor, persendian Desima serasa goyah, pandangannya pun kabur. Akhirnya dia roboh dan tak sadarkan diri.
Dikala sudah sadar, banyak orang-orang di sekelilingnya. Di antara mereka juga terlihat ada emak Desima. Matanya bengkakk, ia menanggis.

Di sebelahnya tampak sang adik yang sedang memandangi Desima dengan sayu. Desima baru sadar jika ia sekarang ada di rumah sakit. Orang-orang cukup ramai yang menjenguknya, sebagian dari mereka ialah penumpang bus yang selamat tersebut. Berbagai hadiah pun diberikan mereka pada Desima. Kepala kampung dan beberapaa tokoh masyarakat jugaa datang. Mereka menyalami Desima dan memuji akan keberanian dan pengorbanannya.

"Tanpaa budi baik Nak Desima, entah apa jadinya pada nasib keluarga kami." kata salah satu penumpangg bus.
Penghargaan terhadap Desima rupanya tak sampai disitu aja. Di sekolah guru-guru seringkali memuji dan bangga akan Desima. Ia dijadikan anak teladan bagi teman-temanyaa.

Ada sebuah Penghargaan lain yang datang dari pemilik bus yangg di tolong oleh Desima. Karena Desima berbudi baik, mereka ingin sekali mengangkatt Desima sebagai anak asuhnya. Mereka akan membiayaii sekolah Desima dan memberikann bimbingan dan juga bantuan yang di perlukann Desima dalam menuntut ilmu.
Sekian kisah kami kali ini untuk “Anak Suri Tauladan” semoga menginspirasi anak-anak Indonesia hingga menjadi anak yang baik dan berbudi pekerti yang luhur. Amiin ya robbal alamiin.
Share:

09 April 2017

Dongeng Anak Cerita Rakyat Legenda Pulau Naga Pulau Nusa Dari Kalimanatan

Cerita Rakyat Dongeng Anak Rakyat Legenda Pulau Naga Nusa Dari Kalimantan Selatan

Dongeng anak yang diangkat dari cerita rakyat pada update hari ini adalah dongeng rakyat dari kalimantan selatan.Ringkasan legenda Pulau Nusa yang di kemas dan ditujukan untuk cerpen anak sangat bagus untuk dongeng sebelum tidur untuk membantu mendidik moral sang anak dari kecil.Legenda pulau nusa menambah koleksi kumpulan cerita rakyat kalimantan selatan.Cerita rakyat pendek daari kumpulan cerita rakyat nusantara sebagai cerita dongeng anak anak untuk membantu mempererat hubungan orang tua dengan sang buah hati.Langsung saja kita simak cerita rakyat dongeng pulau naga.
dongeng anak cerita rakyat dongeng rakyat legenda pulau naga nusa

Dongeng Anak Cerita Rakyat Legenda Pulau Naga Atau Pulau Nusa Dari Kalimantan


Pada zaman dulu ada seseorang lelaki bernama Nusa. Ia tinggal di satu tempat tinggal bersama istri serta adik lelakinya. Sehari-hari Nusa bekerja mengerjakan sawah serta menangkap ikan untuk penuhi keperluan hidup keseharian.

Satu saat berlangsung kemarau yang sangat panjang, menyebabkan sungai serta mata air jadi kering. Bermacam tanaman merenggas serta Iayu. Semuanya warga desa, termasuk juga Nusa terasa kesusahan hadapi musim kemarau kesempatan ini sebab tanaman di sawah mati, serta tidak ada ikan di sungai yang surut airnya itu.

Nusa juga mengajak istri serta adiknya geser ke daerah lain masihlah mempunyai sumber air. Mereka bertiga lalu pergi menaiki satu perahu kecil menuju hilir sungai Rungan. Perjalanan itu cukup jauh serta makan saat berhari-hari. Perbekalan mereka nyaris habis. Nusa juga menepikan perahunya untuk masuk rimba berbarengan adiknnya, sesaat istrinya menanti di tepi sungai.

Di dalam rimba, Nusa serta adiknya temukan sebutir telur yang cukup besar. Serupa telur angsa tetapi ukurannya 2 x Iebih besar. Ini pertama kalinya mereka lihat telur sebesar itu. Nusa lalu membawanya kembali pada tepi sungai, serta lalu merebus telur itu. Istri serta adiknya merekomendasikan Nusa supaya tak makan telur itu sebab tidak paham hewan apa yang bertelur sebesar itu. Tetapi, Nusa tetaplah bersikeras untuk mengkonsumsinya.

Di dalam malam, Nusa terbangun dari tidurnya. Ia rasakan badannya gatal mengagumkan. Di sekujur badannya juga tampak bintik- bintik kemerah merahan. Nusa menggaruk bebrapa sisi badannya, tetapi tidakjuga rasa gatal yang dirasakannya mereda. Selekasnya dibangunkannya istri serta adiknya untuk membantunya menggaruk. Beragam langkah sudah diakukan, tetaplah juga rasa gatal yang dirasa Nusa itu tak juga menyusut. Adik Nusa yang kebingungan lalu mencari pertolongan ke perkampungan paling dekat.

Esok paginya badan Nusa alami pergantian yang begitu mengagetkan. Bintik-bintik berwarna kemerah-merahan di sekujur badan Nusa sudah beralih jadi sisik-sisik. Badan Nusa serta sisi perut sampai kaki sudah juga memanjang sampai mirip bentuk naga. Cuma sisi muka sampai dadanya saja yang masihlah mirip manusia. Dalam kondisi Seperti itu Nusa juga berujar pada istrinya.

“Aku rasa, semuanya yang berlangsung pada diriku ini berawal serta telur yang kumakan. Telur itu pasti telur naga. Sungguh, saya menyesal lantaran tak dengarkan nasehatmu. Tetapi, bagaimanapun perihal, penyesalanku tak akan bermanfaat. Tuhan sudah menakdirkan saya jadi naga. Saya mesti terima takdirku ini”

Istri Nusa cuma dapat bersedih hati merasakan peristiwa yang menerpa suaminya. Semeritara warga yang disuruhi tolong adik Nusa pada akhirnya berdatangan. Mereka terheran melihat pemuda yang sudah beralih jadi naga itu.

Nusa lalu memohon supaya badannya yang sudah beralih jadi naga dengan panjang Iebih dari tiga kali pohon kelapa itu digulingkan ke sungai. Ia tak tahan dengan terik panas cahaya matahari. Naga jelmaan Nusa itu lalu berenang menuju muara sungai, meninggalkan istri serta adiknya.

Naga Nusa selalu berenang sampai hingga ke satu teluk. Ia juga memangsa ikan-ikan yang ada di teluk itu. Ikan-ikan yang berdiam di muara sungai itu jadi kuatir dengan hadirnya Nusa. Dengan nafsu makannya yang mengagumkan, beberapa ikan cemas, Nusa bakal memangsa mereka semuanya.

Beberapa ikan lalu berjumpa serta berunding untuk mencari langkah supaya terlepas dari petaka yang disebabkan Nusa itu. Ikan Saluang mengusulkan satu gagasan yang pada akhirnya di setujui oleh beberapa ikan. Ikan Saluang lantas hampiri Nusa serta menyampaikan kalau di laut luasvada seekor naga besar yang akan menantang Nusa. Tuturnya, “Tuan Naga, naga di laut itu menginginkan mengadu kesaktian dengan Tuan untuk menunjukkan siapa naga terkuat. ”sangat berang mendengar laporan ikan saluang. “Seberapa besar naga di laut itu? ”tanyanya.

“Sesungguhnya naga itu tak sebesar Tuan Naga jawab ikan Saluang.

“Namun keberaniannya sungguh mengagumkan tinggi. Ia begitu terganggu dengan hadirnya Tuan Naga. Menurut berita yang saya dengar, naga itu tengah menuju kesini untuk menyerang Tuan Naga”

Bertambah-tambah kegeraman Nusa. Menginginkan selekasnya didatanginya naga itu serta mengadu kemampuan dengannya. Tetapi, ikan Saluang merekomendasikan supaya Nusa menanti saja di muara.

“Hendaklah Tuan Naga menaruh tenaga untuk hadapi naga besar itu ditempat ini. Bila Tuan Naga mencarinya di laut luas, mungkin saja Tuan Naga bakal kelelahan’’

Nusa sepakat dengan anjuran ikan Saluang. Berhari-hari Nusa selalu menanti kehadiran naga besar dari laut dengan sikap siaga. Sepanjang menanti itu ia tak berani tidur. Ia cemas naga di laut itu bakal menyerangnya saat Ia tengah tertidur. Tetapi lantaran sudah berhari-hari tak tidur, Nusa juga jadi begitu mengantuk, serta pada akhirnya tertidur juga.

Saat tahu Nusa tertidur, ikan Saluang mendekati ekor Nusa. Berteriaklah Ia sekeras kerasnya, “Bangun Tuan Naga! Musuhmu sudah datang! Musuhmu sudah datang! ”

Nusa terkejut mendengar teriakan ikan Saluang. Cepat Ia memutarkan kepalanya. Gerakannya yang mendadak itu bikin air sungai bergolak-golak. Ia menganggap bergolaknya air sungai itu dikarenakan kehadiran musuhnya yang bakal menyerangnya. Walau sebenarnya, bergolaknya air itu dikarenakan oleh gerakan ekornya sendiri. Nusa Iangsung menyerang. Digigitnya ekornya sendiri yang diduganya musuhnya itu sampai ekornya terputus!


Kumpulan cerita rakyat nusantara legenda Pulau Nusa Pulau Naga


Nusa menjerit kesakitan saat ekornya putus. Ikan Saluang selekasnya memanggil ikan-ikan Iainnya untuk menggigiti luka pada badan Nusa. Nusa yg tidak berdaya semakin kesakitan akibat gigitan ikan-ikan itu. Kemampuan badannya selalu melemah serta Ia juga pada akhirnya tewas sesudah kehabisan darah. Semua ikan selalu memangsa dagingnya sampai cuma tersisa tulang-belulang Nusa.

Tulang-belulang Nusa pada akhirnya tertimbun oleh lumpur serta tanah. Bermacam pohon-pohon lalu tumbuh ditempat itu sampai pada akhirnya terbentuk Satu pulau. Warga menyebutkan pulau di muara sungai itu dengan nama Pulau Naga.
Kita sebaiknya selalu mendengarkan saran dan nasihat baik orang lain demi kebaikan diri kita sendiri. Orang yang keras kepala dengan mengabaikan saran kebaikan akan merasakan kerugian di kemudian hari.
Jangan lewatkan Dongeng anak cerita rakyat batu menangis yang juga dari Kalimantan
Itulah cerita dongeng anak anak yang diangkat dari cerita rakyat kalimantan Selatan legenda Pulau Nusa atau Naga
Share:

08 April 2017

Dongeng Anak Cerita Rakyat Legenda Telaga Warna Jawa Barat

Cerita Rakyat Dongeng Anak Putri Angkuh Dan Kalung Permata Legenda Telaga Warna Jawa Barat

Cerita rakyatyang akan diangkat untuk di jadikan dongeng anak hari ini adalah cerita legenda putri telaga wangi atau cerita rakyat telaga bidadari.Cerita singkat telaga warna ini dapat di jadikan dongeng anak atau cerita dongeng sebelum tidur.Dongeng anak legenda telaga warna ini menambah koleksi cerita anak anak atau cerpen anak dari cerita rakyat nusantara.

Sebelumnya pada kumpulan cerita rakyat jawa barat saya telah update cerita rakyat jawa barat situ bagendit yang berpesan moral tentang keserakahan dan sifat kikir,pada update hari ini akan berbagi cerita putri yang angkuh dengan hadih kalung permata yang menyimpan pesan moral pentingnya menghargai orang lain.Langsung saja kita simak dongeng anak legenda telaga warna.

Cerita Dongeng Putri Legenda Telaga Warna Dari Jawa Barat


Pada jaman dulu, ada satu kerajaan yang tentram serta damai bernama Kerajaan Kutatanggehan. Kerajaan tersebut di pimpin oleh Raja yang adil serta bijaksana bernama Prabu Sunarwalaya, Raja Sunarwalaya di dampingi oleh Permaisuri yang bernama Purbanamah. Tetapi, Raja serta Permaisuri belum juga memiliki seseorang anak. Mereka telah cukup lama menikah. Raja kerap sekali termenung sedang Permasuri cuma bisa keluarkan air mata.

Beragam usaha telah dikerjakan, termasuk juga memakai ramuan-ramuan yang dikonsumsi, baik oleh sang Raja maupun Permaisuri. Banyak dukun yang telah diundang serta membacakan mantera-mantera. Tetapi, itu usaha itu cuma percuma.

Sebagian penasehat kerajaan merekomendasikan Raja serta Permaisuri untuk memungut anak yatim. Lantaran, di kerajaan banyak anak yatim piatu, salah satunya yaitu anak dari beberapa prajurit serta perwira yang gugur di medan perang. Tetapi, Raja serta Permaisuri tak dengarkan apa yang disebutkan oleh beberapa penasehat. Lantaran mereka memikirkan, anak pungut tentu begitu tidak sama dengan anak sendiri.

Satu hari, Raja mengambil keputusan untuk pergi bertapa, ia pergi bertapa dalam rimba. Sesudah Raja berminggu-minggu bertapa. Mendadak, pada sadar serta tak Ia mendengar satu nada.

“Hai Prabu, apa yang anda kehendaki? Hingga kau datang ke sini untuk bertapa? ”

“Hamba inginkan seseorang anak”jawab sang Raja.

“Bukankah anda bisa memungut seseorang anak? ”Tanya nada itu.

“Hamba ménginginkan anak sendiri dari darah daging sendiri” Jawab Raja lagi.

“Jadi? Anda cuma inginkan anak sendiri? ”Tanya nada itu.

“Ya, bagaimana juga kondisinya. Anak sendiri Iebih baik dari anak pungut. ”Jawab sang Raja.

“Baiklah bila itu yang kau kehendaki. Saat ini, pulanglah! ”

Mendengar nada itu, Raja juga kembali pulang ke Istana. Sekian waktu sesudah peristiwa itu. Permaisuri hamil. Semua kerajaan terasa begitu suka dengan berita itu. banyak warga kerajaan yang kirim hadiah pada Raja serta Ratu sebagai bentuk rasa suka mereka.

Pada akhirnya, hari yang ditunggu juga tiba. Permaisuri melahirkan seseorang bayi perempuan. Kelahiran sang Putri di sambut dengan pesta tujuh hari tujuh malam. Sang Putri juga dinamakan Putri Gilang Rukmini. Untuk menyongsong kelahiran sang Putri, sangat banyak warga kerajaan kirim beragam jenis hadiah yang begitu mahal.

Sang Putri juga jadi seseorang remaja, Ia begitu cantik. Tetapi, lantaran kemunculannya begitu dikehendaki oleh ke dua orang tuanya serta oleh rakyat. Mengakibatkan, sang Putri berperangai begitu jelek, semuanya hasratnya mesti dituruti. Bila di mengenai, ia pastinya akan geram besar. Ia juga senantiasa memerintah beberapa pelayan semena-mena. Seringkali ia senantiasa bertingkah kasar serta memakai kalimat yg tidak Iayak keluar dari seseorang Putri. Meskipun seperti itu, Raja, Permaisuri serta Rakyat begitu mencintainya.

Putri juga tumbuh makin dewasa, Ia makin bertambah cantik. Pada usianya yang ke tujuh belas th., tak ada Putri lain atau gadis dari kerajaan yang menandingi kecantikannya. Sebelumnya genap ulang tahunnya yang ke tujuh belas, rakyat menghadiahkan beragam macam hadiahpadanya. Dari beragam pelosok. Hadiah hadiah itu berbentuk beberapa barang yang begitu bernilai. Seperti, emas, perhiasaan-perhiasan serta permata.

Cerita Dongeng Putri Angkuh Legenda Telaga Warna Jawa Barat


Raja begitu berterimakasih pada semua rakyat atas kecintaannya pada Putrinya itu. Ia cuma mengambil sebagian perhiasan serta permata. Perhiasan itu Ia serahkan pada tukang emas untuk di buat jadi perhiasan baru yang semakin besar serta Iebih indah. dengan suka hati, seseorang empu pembuat perhiasan emas bikin perhiasan berupa kalung yang begitu indah. kalung itu melukiskan tanaman dengan daun-daun serta emas serta perak, dan bunga-bunga serta buah-buahan serta permata yang berwarna-warni.

Semua warga kerajaan betul-betul begitu menanti penyerahan kalung itu pada sang Putri ketika lagi tahunnya yang ke tujuh belas. Saat tiba waktunya, berkumpullah warga Kutatanggeuhan di halaman istana. Mereka mengalah ke arah anjungan, tempat Raja serta keluarga istana. Selang beberapa saat, Raja dengan di damping Permaisuri serta beberapa bangsawan juga keluarlah dari dalam istana. Raja melambaikan tangan pada rakyatnya serta di sambut sorak-sorai oleh mereka.

Sorak-sorai kembali saat Putri Gilang Rukmini datang diiringi belasan orang inang pengasuh. Sang Putri begitu cantik seperti Bidadari. Lantaran, kecantikannya beberapa orang kagum serta berhenti bersorak-sorai.

“Warga Kutatanggeuhan yang baik, sebelumnya upacara selamatan untuk menyongsong umur tujuh belas th. anakku, saya bakal mengemukakan hadiah kalian untuk Putri Gilang Rukmini. Biarkanlah Ia paham, begitu besar cinta kalian kepadanya” Kata sang Raja.

Mendengar hal itu rakyat juga kembali bersorak-sorai. Setetah tenang kembali. Raja buka satu kotak yang berukir yang terbuat dari kayu cendana serta dikeluarkan kalung buatan sang empu.

“Anakku Gilang Rukmini, ini yaitu satu hadiah dari warga kerajaan sebagai keceriaan mereka lantaran sekarang ini kau telah mencapai dewasa. Kalung ini yaitu ungkapan kasih sayang mereka padamu. Gunakanlah Nak, agar mereka lihat kau bisa menerimanya dengan senang” Tutur sang Raja.

Sang Putri juga terima kalung itu. Ia terdiam sesaat. ” Buruk sekali kalung ini! Saya tak sukai Tuturnya melemparkan kalung itu. Kalung itu juga putus berceceran. Hadirin membisu melihat momen itu. Tak ada satu orangpun yang bergerak serta berbicara. Di dalam keheningan itu, terdengar nada isak tangis sang permaisuri. Rakyat juga turut menangis terlebih beberapa wanita.

Ketika yang sama, satu keajaiban berlangsung. Mendadak, keluarlah air yang jernih, seolah bumi juga turut menangis. Air itu juga keluar sampai jadi mata air yang besar serta kurun waktu dalam waktu relatif cepat sudah membuat satu danau. Danau itu makin lama makin luas serta pada akhirnya menenggelamkan kerajaan Kutatanggeuhan dengan semua berisi.

Danau itu sekarang ini telah surut, yang ketinggalan hanya satu danau kecil ditengah-tengah rimba di daerah puncak, Jawa Barat. Nama danau itu yaitu Telaga Warna. Pada siang hari, air telaga itu berwarna-warni begitu indah. keindadahan yang penuh warna itu sesungguhnya bayangan rimba di sekitar telaga serta langit biru di atasnya. Beberapa orang yang menyampaikan kalau warna-warni itu datang dari permata bercerai-berainya kalung punya Putri Rukmini.

 Jangan Lewatkan Cerita Rakyat Dongeng Anak Dari Jawa Barat Legenda Sangkuriang Cerita rakyat tentang bencana alam juga


Pesan Moral
Jangan jadi anak yang sombong dan suka merendahkan orang lain. Sifat sombong hanya akan membuat kamu dijauhi oleh teman teman.
Share:

07 April 2017

Cerita Rakyat Dongeng Anak Situ Bagendit Tentang Bencana Alam Legenda Jawa Barat

Dongeng Anak Cerita Rakyat Jawa Barat Situ Bagendit

Pada Kumpulan cerita rakyat nusantara kali ini saya akan menambah koleksi Cerita rakyat untuk dongeng anak bersumber dari cerita legendaatau cerita rakyat nusantara yang baik sekali untuk dongeng sebelum tidur.Dongeng rakyat tentang bencana alamdari Jawa Barat yang termasuk cerita rakyat terkenal dengan Situ Bagendit.

Dongeng situ bagenditbisa di jadikan sebagai dongeng anakuntuk mempererat hubungan orang tua dengan anak serta memberikan pesan moral lewat cerita rakyat pendek.ini merupakan salah satu contoh cerita singkat pendek cerita anak yang mendidik,jika ingin melihat daftar cerita dongeng rakyat untuk anak klik Kumpulan Cerita Rakyat.
cerita anak dongeng rakyat legenda jawa barat situ bagendit

Cerita Rakyat Situ Bagendit Dongeng Legenda Dari Jawa Barat


Pada zaman dahulu kala, di sebelah utara kota Garut, terdapat sebuah desa yang penduduknya kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air, serta persawahan penduduk selalu menghasilkan padi yang sangat berlimpah ruah.Akan tetapi walaupun seperti itu, kehidupan para penduduk di desa itu tetap selalu saja miskin dan kekurangan. Hal tersebut disebabkan oleh ulah seorang tengkulak bernama Nyai Bagendit.

Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka.Ya karena Hari ini sudah waktunya memanen padi. Mereka akan segera menuai padi yang sudah menguning lalu menjualnya kepada Nyai Bagendit.

Nyai Bagendit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas karena harus muat untuk menampung seluruh padi yang dibelinya dengan paksavdari seluruh petani di desa itu. Ya! Padi hasil seluruh petani.Memang  bukan dengan karena sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada Nyai Bagendit.Hal itu karena mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah atas dasar dipaksa.Ya kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan wanita itu. Lalu jika pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari Nyai Bagendit dengan harga yang melambung tinggi.

“Sampai kapan ya nasib kita berubah makmur sejahtera?” ujar seorang petani kepada temannya.”Sudah gak tahan saya dengan hidup miskin seperti ini. Kenapa ,Tuhan tidak segera menghukum si lintah darat Bagendit itu?”

“Sssst, jangan keras-keras, nanti ada yang dengar!”temannya menanggapi. “Kita harus lebih sabar! pasti akan datang pembalasan yang setimpal untuk mereka  yang suka berbuat aniaya pada orang lain.Harus kamu ingat Tuhan tidak pernah tidur!”

Sementara itu Nyai Bagendit sedang memeriksa lumbung padinya.

“Barja!”kata Nyai Bagendit pada centengnya.”Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?”

“Beres Nyi!”jawab Barja.”Lumbung sudah penuh diisi padi, bahkan beberapa masih kita simpan di luar karena sudah tak muat lagi:’

“Ha ha ha ha...! Sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padi dariku.Dan Aku pasri akan semakin kaya!” Nyai Bagendit  senang. “Para petani itu harus selalu di awasi, jangan sampai mereka mencoba menjual padi hasil panennya ke pedagang lain.Jangan ragu,Beri pelajaran bagi siapa saja yang mencoba melawan!”

Seperti yang sudah di perkirakan, beberapa minggu setelah masa panen kemudian para penduduk desa sudah mulai kehabisan bahan makanan bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Bagendit selalu hura hura berpesta pora dengan segala makanan-makanan mewah di rumahnya.

“Bagaimana ini Pak, persediaan beras kita sudah mulai menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke Nyai Bagendit.” keluh seorang penduduk desa pada suaminya. “Kata tetangga harganya sekarang lima kali lipat dibanding saat kita jual dulu. Bagaimana ini, Pak?”

Pada suatu siang yang panas, dari kejauhan jalan desa terlihat seorang nenek yang berjalan terbungkuk dan tertatih.Sampai di keramaian warga desa,di menatap dengan rasa iba.

“Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya karena kelakuan seorang saja.Sudah semestinya harus secepatnya diakhiri” pikir si nenek.Sang nenek pun berjalan mendekati seorang penduduk yang tengah menumbuk padi.

“Permisi! Saya numpang tanya kata si nenek.

“Ya, Nek ada apa ya?”jawab wanita yang sedang menumbuk padi tersebut.

“Dimanakah saya bisa menemukan rumah orang yang paling kaya dan mewah di desa ini?”tanya si nenek.

“Oh, maksud nenek rumah Nyai Bagendit?”kata wanita itu.

”Sudah dekat,Nek. Nenek tinggal lurus saja sampai ketemu pertigaan, lalu belok kiri. Nanti akan terlihat rumah yang sangat besar. ltulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyai Bagendit?”

“Saya mau minta sedekah’kata si nenek.

“ Percuma saja nenek minta sama orang pelit seperti dia,saya berani jamin dia tidak akan memberi sedekah pada nenek.Jika nenek lapar,bisa makan di rumah saya, tapi hanya makan seadanya” kata wanita itu.

“Tidak usah, terima kasih”jawab si nenek.”nenek hanya ingin tahu apa yang akan di perbuatnya jikalau ada pengemis yang minta sedekah. Oh iya, tolong beritahu penduduk desa lainnya agar siap-siap mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.”

“Nenek ini sedang bercanda, ya?”kata wanita itu kaget.”Mana mungkin ada banjir di musim kemarau?”

“Aku sedang tidak bercanda hai warga desa kata si nenek”Aku ini datang memberi pelajaran pada lintah darat Nyai Bagendit.Sebentar lagi akan datang banjir bah ,Untuk itu cepatlah mengungsi,ingat bawalah barang berharga milik kalian kata si nenek sembari pergi berjalan. masih berdiri mematung.


Cerita Dongeng Rakyat legenda tentang bencana alam Situ Bagendit


Sementara itu Nyai Bagendit yang tengah menikmati makanan mewah yang berlimpah,begitu juga dengan para centengnya. Si pengemis nenek tua itu pun tiba di depan rumah Nyai Bagendit dan langsung dicegat oleh para centeng.

“Hei nenek pengemis tua untuk apa kau kemari!Lekas enyah dari sini!” teriak centeng.

“Saya datang kemari hendak meminta sedekah.Saya harap ada sisa makanan yang ikhlas untuk saya yang bisa saya makan.

“Apa peduliku teriak centeng lagi. “lapar?ingin makan..beli dong!, jangan cuma minta! Enyah sana, lekas pergi sebelum saya seret!”

Akan tetapi sang nenek tidak mau pergi dan masih di tempatnya. “Nyai Begendit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Bagendiiit . . .!“teriak si nenek.

 “Siapa sih yang berteriak-teriak di luar ujar Nyai Bagendit. “Mengganggu orang makan saja!”

“Hei, siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?”bentak Nyai Bagendit.

“Saya hanya mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak makan’kata nenek.

“Saya tidak akan memberimu makanan! Enyah pergi, kamu begitu kotor nanti rumahku banyak penyakit.”Namun, sang nenek bukannya pergi tapi justru menancapkan tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai Bagendit dengan emosi kemarahan.

“Nyai Bagendit! Sadarkah kau selama ini Tuhan memberimu rezeki yang sangat berlimpah ruah tapi kau malah tidak bersyukur. Kau kikir,pelit,dzalim! Lihatlah dengan hatimu penduduk desa kelaparan kau justru menghambur-hamburkan makanan” teriak si nenek pengemis berapi-api. “Inilah Aku datang kesini sebagai jawaban atas dari doa para penduduk yang sengsara karena ulahmu yang dzalim,kikir ! Kini bersiaplah kau menerima hukumanmu!’

“Ha ha ha ... menghukumku? Kamu pikir kau siapa?Apa matamu buta , tidak lihat centeng-centengku banyak! Dan kuat kuat bahkan  Sekali pukul saja, kau pasti mati kata Nyai Bagendit.

“Tidak perlu repot-repot mengusirku kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jika kau bisa mencabut tongkatku dari tanah.’’

 “Dasar nenek gila. Apa susahnya mencabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!”kata Nyai Bagendit sombong. Lalu hup! Nyai Bagendit pun mencoba mencabut tongkat itu hanya dengan satu tangan.Namun  ternyata tongkat tetap tidak bergeming.Tidak menyerah Bagendit mencoba lagi dengan dua tangan. Tetapi tongakt tersebut masih juga tidak bergeming juga.

“Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Ingat harus bisa tercabut.Jika gagal gaji kalian pasti akan ku potong!”

Centeng-centeng berbadan besar dan kuat itu pun mencoba mencabut tongkat si nenek, namun tidak membuahkan hasil,meski sudah ditarik oleh tiga orang bahkan lebih , tongkat itu tetap tak bergeming dari posisinya.

“Ha ha ha... kalian tidak ada yang berhasil?”kata si nenek.”Inilah bukti bahwa ternyata tenaga kalian tidak ada apa apanya.Buka mata kalian dan lihat aku akan mencabut tongkat ini.”

Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah.Byuuuuurrr!H! Tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras.

“Bagendit! inilah hukuman untukmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara dan miskin karena perbuatanmu.Maka Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini!”Setelah berkata demikian si nenekbpengemis itu tiba-tiba menghilang entah kemana.

Nyai Bagendit yang panik melihat air yang muncul dengan sangat deras dengan tidak lama genangan air hampir menenggelamkan dirinya.Bagendit pun berusaha berlari sembari menyelamatkan harta harta berharganya,akan tetapi masih kalah dengan air bah yang lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya.

Kini, di desa itu terbentuklah sebuah danau kecil yang dinamakan ‘Situ Bagendit’’ Situ artinya danau dan Bagendit berasal dan nama Bagendit. Beberapa banyak orang percaya bahwa kadang-kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau.Yang Katanya itu adalah penjelmaan Nyai Bagendit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.
Jangan lewatkan:
Pesan moral cerita rakyat Jawa Barat situ bagendit yaitu:
Kita tidak boleh menjadi orang yang sombong,pelit,kikir,dan angkuh terhadap orang lain.bila mendapat nikmat harta yang banyak berbagilah dengan sesama apalagi yang membutuhkan
Share:

28 March 2017

Dongeng Anak Cerita Rakyat Sangkuriang Dan Dayang Sumbi Legenda Gunung Tangkuban Perahu Dari Jawa Barat

Cerita Rakyat Dongeng Cerpen Anak Sebelum Tidur Legenda Sangkuriang Gunung Tangkuban Perahu

Dongeng anak cerita rakyat Gunung Tangkuban Perahu atau wisata tangkuban perahu ternyata memiliki mitossejarah cerita rakyat legenda nusantara yang cukup terkenal ini bagus sekali cerita rakyatnya untuk di jadikan dongeng anak,untuk itu pada Kumpulan Dongeng Anak Cerita Rakyat kali ini akan berbagi kisah cerita rakyat sangkuriang dan dayang sumbi yang disajikan menjadi cerita singkat tangkuban perahu atau ringkasan cerita tangkuban perahu.
cerita rakyat dongeng anak legenda sangkuriang dayang sumbi terjadinya gunung tangkuban perahu

Misteri tangkuban perahu yang memilikilegenda cerita rakyat selalu memiliki nilai pesan yang cukup mendidik.Dongeng Sangkuriang singkat atau dongeng tangkuban perahu singkat namun ringkasan dongeng sangkuriang ini di sajikan menjadi legenda sangkuriang lengkap sebagai dongeng untuk anak-anak.

Dongeng anak yang di angkat dari cerita rakyat legendanusantara memang sangat menarik untuk di jadikan dongeng anak sebelum tidur,disamping untuk membantu mendidik moral sang anak juga melestarikan kekayaan budaya daerah nusantara Indonesia tercinta ini.Cerita rakyat sangkuriang yang merupakan cerita rakyat dari jawa baratini sangat bagus untuk di jadikan dongeng anak yang memiliki moral mendidik sang anak agar menghormati orang tua dan menyayangi hewan peliharaan kita.mungkin dongeng anak yang di angkat menjadi cerita rakyat ini hampir mirip dengan cerita rakyat legenda candi Prambanan.Cerita singkat tangkuban perahu dari jawa barat ini di tujukan sebagai dongeng anak.

Cerita Rakyat Dongeng Anak Sangkuriang Legenda Gunung Tangkuban Perahu Dari Jawa Barat


Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan cantik bernama Dayang Sumbi. Ia memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Keduanya tinggal di sebuah rumah bersama dengan seekor anjing setia yang selalu menjaga ibu dan anak tersebut. Tak ada yang tahu bahwa Dayang Sumbi sebenarnya adalah seorang dewi dari khayangan, dan anjing bernama Tumang tersebut adalah suaminya. Dayang Sumbi dan Tumang dikutuk oleh dewa karena sebuah kesalahan. Mereka harus turun ke bumi dan tinggal sebagai seorang manusia dan seekor anjing. Keduanya menerima dan menjalani hukuman tersebut dengan lapang dada.

Sangkuriang muda sangat gemar berburu. Saat berburu, ia selalu ditemani oleh Tumang. Mereka berdua sangat cekatan dalam memburu mangsa. Tumang mengejar rusa, babi hutan atau kelinci hingga mereka tersudut, lalu Sangkuriang menombak hewan buruan tersebut. Hampir setiap selesai berburu, keduanya membawa banyak hewan untuk dimakan atau dijual.

Pada suatu hari, Sangkuriang pergi berburu lagi dengan Tumang. Anak muda itu melihat seekor kijang, dan ingin memburunya. Ia memberi perintah pada Tumang untuk menyergap kijang tersebut lalu mengejarnya. Setelah mengendap-endap agar tak ketahuan, Tumang segera mengejar mangsanya.

Namun ternyata kijang itu berlari sangat cepat, jauh lebih cepat daripada kijang lain yang pernah mereka buru. Sangkuriang yang ikut mengejar dan belakang terengah-engah kehabisan napas. Setelah beberapa lama, ia sampai di pinggir sungai dan melihat Tumang sedang mengendus-endus kebingungan.

“Tumang, di mana kijang itu? Apakah kau kehilangan jejaknya?” teriak Sangkuriang dengan nada kesal.Tumang hanya bisa menyalak. Kijang itu melesat bagai anak panah, dan anjing tersebut tak mampu mengejarnya. Air sungai membuat penciumannya melemah, ia tak dapat mengendus jejak kijang untuk mengetahui ke arah mana hewan itu berlari.

Betapa marahnya Sangkuriang. Ia sangat menginginkan kijang itu, dan mereka sudah berlari demikian jauh untuk mengejarnya.

“Kau ini bagaimana sih?” umpat Sangkuriang. “Bagaimana mungkin kau kehilangan jejak kijang itu. Dasar anjing bodoh!” Dengan marah, diambilnya sebuah batu dan pinggir sungai dan dilemparkannya ke arah Tumang. Batu tersebut tepat mengenai kepalanya dan membuatnya tersungkur.

Sangkuriang terkejut dengan apa yang baru saja dilakukannya. Segera dipeluknya Tumang yang tak bergerak lagi. Kepala anjing tersebut penuh darah, matanya terpejam dan napasnya mulai tak terdengar.

“Tumang... Tumang...!! Maafkan aku!” jerit Sangkuriang dengan panik. “Aku tak bermaksud membuat kepalamu terluka. Tadi aku hanya kesal saja. Bangunlah Tumang, jangan mati”

Sayang sekali,darah di kepalaTumang begitu banyak hingga akhirnya anjing itu menghembuskan napas terakhirnya. Sangkuriang menangis sedih. Ia menyesali perbuatannya, namun nasi telah menjadi bubur. Anjing kesayangannya telah mati.

Sangkuriang menangis cukup lama sebelum akhirnya Ia menguburkan Tumang. Setelah selesai, Ia berjalan pulang dengan lunglai. Hatinya sangat pilu.Sesampainya di rumah, Ia menceritakan apa yang terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi yang terperanjat atas kematian Tumang Iangsung melampiaskan kemarahannya pada Sangkuriang. Ia mengambil sendok kayu yang biasa digunakan untuk menanak nasi, lalu dipukulkannya sendok itu ke kepala Sangkuriang dan mengenai dahinya.

“Pergi kau, anak kurang ajar! Berani-beraninya kau membunuh Tumang yang begitu setia padamu!”

“Tapi, Ibu...”

“Pergi kau! Jangan pernah kembali lagi!” Dayang Sumbi mengusir anaknya dengan penuh kemurkaan. Sangkuriang pun meninggalkan rumah dengan dahi terluka dan hati yang pedih.Ia berjalan tak tentu arah, menuju ke mana saja kakinya melangkah. Berkelana dari satu daerah ke daerah lain.

Bertahun-tahun Sangkuriang berkelana dan dari perjalanan tersebut ia menimba banyak ilmu dan satu perguruan ke perguruan lain. Selain seorang pemuda yang cerdas, ia pun anak seorang dewi sehingga ía dengan mudah mendapatkan kesaktian dari berbagai perguruan. Semakin hari, kesaktiannya bertambah kuat dan Sangkuriang menggunakannya untuk membantu orang-orang yang kesulitan.

Hingga suatu hari, Sangkuriang sampai di sebuah desa. Sebenarnya desa itu adalah desa kelahirannya, namun Sangkuriang tak mengenali karena ada begitu banyak perubahan di sana. Selain itu, luka di kepalanya saat dipukul ibunya dulu serta rasa tertekannya akibat kematian Tumang dan pengusiran Dayang Sumbi membuatnya melupakan masa kecilnya.

Ketika beristirahat sejenak di sebuah kedai minum, Sangkuriang melihat sosok seorang wanita. Ia terpana akan kecantikannya dan berniat untuk menikahi wanita itu. Sangkuriang tak tahu bahwa wanita itu adalah Dayang Sumbi. Oleh karena Dayang Sumbi adalah keturunan dewa sehingga ia tak bisa menua. Wajahnya semuda gadis-gadis remaja, dan hal itulah yang mem buat Sangkuriang tak mengenali ibunya sendiri.

Dayang Sumbi pun awalnya tak mengetahui siapa Sangkuriang, sebab anaknya itu telah tumbuh menjadi pemuda gagah dan tampan. Ketika Sang/ kuriang mendekatinya, Ia tak menaruh curiga sama sekali hingga Ia melihat bekas luka di dahi pemuda itu. Seketika tahulah ia bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang, anaknya.

Dongeng Anak Cerita Rakyat Sangkuriang Dan Dayang Sumbi Legenda rakyat Gunung Tangkuban Perahu


Dayang Sumbi menjadi sangat ketakutan, terutama karena Sangkuriang tak memercayai penjelasannya. Pemuda yang kasmaran itu bersikeras melamar Dayang Sumbi. Karena kehabisan akal, Dayang Sumbi pun mengajukan dua syarat. Pertama, Sangkuriang harus membendung sungai Citarum, dan syarat kedua, Sangkuriang harus membuat sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.

Dayang Sumbi mengira kedua syaratnya akan membuat Sangkuriang mundur. Ia tak tahu bahwa anaknya itu memiliki kesaktian. Dengan cepat, Sangkuriang menyanggupi permintaan tak masuk akal tersebut.Malam itu Sangkuriang melakukan tapa, mengumpulkan kesaktian dan mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan membendung sungai. Dayang Sumbi yang diam-diam mengintip pekerjaan tersebut merasa cemas.

“Bagaimana jika Sangkuriang berhasil menyelesaikannya? Tak mungkin aku menikah dengan anakku sendiri.”

Dayang Sumbi pun memutar otak. Begitu pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, Dayang Sumbi menggelar selendang sutra merah, lalu berdoa pada dewa di khayangan untuk membantunya. Selendang merah itu terbang ke arah Timur, dan menutup sebagian langit. Orang-orang mengira matahari sudah terbit di ufuk karena langit sudah memerah.

Sangkuriang terkejut dan tak mengira pagi datang Iebih cepat dan perkiraannya. Ia pun segera mengetahui bahwa hal tersebut adalah ulah Dayang Sumbi yang tak ingin menikah dengannya. Karena patah hati, Sangkuriang menjadi marah. Ia mengamuk, menjebol bendungan yang dibuatnya. Air bendungan menerjang dan mengakibatkan banjir badang. Penduduk desa ketakutan dan berlarian mencari tempat aman.

Kemarahan Sangkuriang tak berhenti sampai di situ. Ia pun menendang sampan besar hingga terpental jauh. Kesaktiannya membuat sampan tersebut jatuh terbalik dan berubah menjadi sebuah gunung. Hingga saat ini, gunung yang bentuknya mirip sampan terbalik itu masih bisa dilihat, namanya adalah gunungTangkuban Perahu.Jangan lewatkan dongeng anak :
Itulah cerita rakyat dongeng anak singkat ringkasan dongeng legenda sangkuriang asal usul wisata gunung tangkuban perahu di jawa barat
Pesan Moral Dari Cerita Rakyat Dongeng Anak Sangkuriang Yaitu:
Kita harus selalu menghormati dan menuruti apa kata orang tua,serta harus menyayangi hewan peliharaan kita dan juga harus mampu mengendalikan nafsu amarah.
Share:

26 March 2017

Dongeng Anak Cerita Rakyat Tampe Ruma Sani Legenda Flores Nusantara Tentang Kesabaran Dan Ketulusan Anak Tiri

Cerpen Anak Cerita Dongeng Rakyat Tampe Ruma Sani Legenda Nusantara

Cerita Rakyat Dongeng anak kali ini akan berbagi cerpen anaktentang ratapan anak tiri cerita rakyat dari Flores.Cerita dongeng anak ini sangat mendidik anak agar meningkatkan kesabaran dan rasa tulus bekerja.Cerita legenda dari flores ini dapat juga sebagai dongeng sebelum tidur buat anak anak untuk meningkatkan hubungan orang tua dan anaknya.

Cerita Rakyat Dongeng Anak Legenda Nusantara Dari Flores Tampe Ruma Sani Tentang Kesabaran Dan Ketulusan

cerita anak dongeng anak cerita rakyat dari flores tampe ruma sani

AIkisah pada zaman dulu ada seorang anak perempuan yang suka menguncir rambutnya yang panjang bernama Tampe Ruma Sani. Namanya memang agak sulit, tetapi artinya begitu bermakna untuk masa depannya.

Tampe Ruma Sani sudah setahun ditinggal mati oleh ibunya. Kini dia hidup bersama ayah dan adik Ielakinya. Karena ayahnya bekerja sebagai nelayan dan adiknya masih sangat kecil, maka hampir semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Tampe Ruma Sani. Setiap hari ia bertugas memasak, membersihkan rumah serta ikut menjual hasil tangkapan ayahnya. Meskipun demikian, gadis kecil itu tak pernah mengeluh.

Suatu hari, Tampe Ruma Sani bertugas menjual ikan hasil tangkapan ayahnya kemarin. Ia menjualnya ke pasar pagi-pagi, dan sebelum sore hari keranjang ikannya sudah kosong. Semua ikannya habis terjual.Tampe Ruma Sani segera pulang.Di tengah perjalanan, ia disapa oleh seorang perempuan.

“Anak manis, bagaimana ikan yang engkau jual sudah habis padahal hari belum lagi sore!’tanya seorang perempuan tersebut.

“Saya menjual ikan-ikan itu dengan harga murah agar lekas habis, sebab saya harus mengurus adik lelaki saya yang masih kecil, juga memasak untuk makan kami bertiga jawabTampe Ruma Sani.

“Oh! ternyata engkau punya adik kecil juga, siapakah namanya?”

“Adik lelakiku bernama Laga Ligo”

Perempuan itu terus menanyakan beberapa pertanyaan, seolah ingin sekali tahu banyak mengenai keluarga Tampe Ruma Sani. Gadis manis yang lugu itu pun tak punya prasangka buruk, Ia menjawab setiap pertanyaan dengan ceria.

Perempuan itu ternyata bermaksud untuk menikahi ayah Tampe Ruma Sani. Sejak perkenalannya dengan gadis itu, ia datang beberapa kali ke rumahnya. Perempuan itu mencoba mengambil hati ayah Tampe Ruma Sani. Ia ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh Tampe Ruma Sani dan Laga Ligo. Lama kelamaan, hati ayah Tampe Ruma Sani pun Iuluh dan Ia menikahi perempuan itu agar kedua anaknya ada yang mengurus. Kini, perempuan itu menjadi ibu tiri Tampe Ruma Sani.

Tampe Ruma Sani pun senang karena tugasnya menjadi ringan. Ia tak perlu lagi mengerjakan pekerjaan rumah, semua sudah dilakukan ibu tirinya.Ia dapat menjual ikan dengan tenang, tanpa harus terburu-buru pulang. Namun hal itu tidak berarti Tampe Ruma Sani berpangku tangan. Ia tetap membantu ibu tirinya di rumah.

Sang ibu tiri kerap meminta Tampe Ruma Sani untuk menumbuk padi. Ia berpesan agar beras yang masih utuh harus dipisahkan dengan beras kecil yang sudah hancur. Tampe Ruma Sani tak paham mengapa beras-beras itu harus dipisahkan, tapi Ia menuruti kehendak ibu tirinya.

Beberapa bulan setelah ibu tiri tinggal di rumah, ia mulai berubah. Awalnya perempuan itu bersikap baik pada kedua anak tirinya, namun sekarang ia mulai suka memarahi mereka, dan kadang-kadang juga memukul jika kedua anak itu dianggapnya tidak menuruti kehendaknya. Sikap buruknya ini dilakukan jika sang ayah pergi melaut.

Jika sang ayah pulang, ibu tiri menyiapkan makanan yang sangat lezat lezat, namun jika suaminya pergi melaut, kedua anak itu hanya diberikan nasi yang dimasak dan beras hancur. Tentu saja Tampe Ruma Sani dan adiknya merasa sangat sedih. Mereka pun mengadukan perilaku ibu tiri kepada ayah mereka.

Sayangnya, sang ibu tiri ini pintar benar berkilah. Ia berhasil meyakinkan suaminya bahwa ia tidak bersalah dan kedua anak itu mengada-ada. Ia juga berhasil memengaruhi suaminya agar Iebih memercayainya.

Dan keesokkan harinya di saat ayahnya pergi untuk melaut kembali,Tampe Ruma Sani pun di pukulinya sampai babak belur oleh ibu tirinya karena telah mengadu kepada ayahnya.

“Berani-beraninya kalian melapor pada ayahmu!” bentaknya. ‘Ingat! Sekali lagi kalian mengadu, aku tidak segan-segan membunuh kalian berdua!” Suara keras sang ibu membuat kedua anak itu merasa ketakutan.

Dari hari ke hari, Tampe Ruma Sani dan adiknya menjalani kehidupan dengan penuh penderitan, namun mereka menghadapinya dengan penuh kesabaran.Tahun demi tahun berlalu, kedua anak itu sekarang sudah remaja. Mereka pun sepakat untuk hidup mandiri terbebas dari cengkraman ibu tiri, Mereka mengutarakan maksud tersebut kepada sang ayah dan meminta izin untuk merantau.

“Sekarang kami berdua sudah cukup dewasa, Ayah! izinkanlah saya dan kakak untuk merantau dan mengejar cita-cita serta pengalaman hidup diluar sana pinta Laga Ligo mewakili kakak perempuannya.

Awalnya sang ayah merasa sangat keberatan, namun akhirnya ia memberikan izin juga karena melihat tekad kedua anaknya sangat besar. Ibu tiri pun merasa senang sebab itu berarti ia tak perlu lagi capek-capek mengurus kedua anak itu.

Pagi-pagi buta,Tempa Ruma Sani dan Laga Ligo meninggalkan desa neIayan tempat kelahiran mereka berdua dan muIi merantau. Mereka terus berjalan tidak tentu arah dan tujuan, melalui hutan dan sungai yang belum pernah mereka ketahui.

Seteiah beberapa hari berjalan, perbekalan mereka pun mulai menipis. Kedua remaja itu mulai kelelahan. Beruntung mereka menemukan sebuah rumah di tengah hutan. Dengan penuh harapan untuk mendapat sedikit makanan dan pemilik rumah, mereka pun mengetuk pintunya.Namun Tak ada jawaban.

“Mungkinkah sang pemilik rumah sedang berpergian?”Tampe Ruma Sani berpikir.Karena rasa penasaran lalu keduanya pun mengetuk lagi pintu tersebut,namun juga tetap tidak ada sahutan dari dalam. Akhirnya mereka memberanikan diri untuk membuka pintu yang tidak terkunci.

Mereka pun masuk ke dalam rumah, dan menemukan bahwa rumah itu kosong. Namun anehnya, di meja tersedia makanan lezat yang sepertinya baru saja dimasak. Masih hangat dan mengepul. Terbit air liur keduanya Seketika melihat makanan tersebut, namun meski sangat kelaparan, mereka tak hendak menyentuhnya tanpa izin sang pemilik rumah.

“Lebih baik jika kita menunggu saja di dalam rumah, untuk menanti sang tuan pemilik rumah mah kembali sang kakak berkata kepada adiknya.

Mereka pun menanti pemilik rurnah, dan tertidur pulas karena kelelahan dan lapar. Ketika mereka terbangun, haru ternyata telah berganti pagi, namun pemilik rumah belum juga muncul. Keanehan terjadi lagi karena di meja makan telah tersaji makanan yang baru dimasak.

“Hah siapa yang telah memasak dan menghidangkan makanan ini? Mengapa kita tidak menyadari dan mengetahuinya?”

“Entahlah, Kak” Jawab adiknya. “Yang pasti aku sangat lapar. Bolehkah kita memakannya sedikit?”

“Ya, kukira tidak apa-apa. Nanti kalau ketahuan, kita akan menjelaskan pada pemiliki rumah. Lagipula sayang sekali jika makanan tersebut tidak dimakan.” Kakak beradik tersebut lantas memakan sajian tersebut sampai habis tidaktersisa. Setelah makan,Tampe Ruma Sani membersihkan piring dan peralatan makan.

Cerita Rakyat Dongeng Sebelum Tidur Tampe Ruma Sani Tentang Kesabaran Dan Ketulusan Menghadapi Ibu Tiri


Tiga hari sudah mereka tinggal menempati rumah di tengah hutan tersebut, namun mereka belum berjumpa dengan pemilik rumah. Dan setiap mereka bangun pagi, makanan hangat yang lezat-lezat selalu sudah tersedia di meja makan. Keduanya sangat heran, namun menikmati saja makanan yang tersedia dengan mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga.Pada hari keempat sang kakak berkata kepada adiknya.

“Adikku, bagaimana jika makanan yang biasa tersaji tidak tersaji lagi pada hari-hari berikutnya? Apakah yang akan kita makan?”

Laga Ligo juga kebingungan, namun segera teringat sesuatu. Beberapa waktu yang lalu Ia melihat di sudut dapur ada tiga buah karung besar yang berisi cengkih, pala serta merica.

“Bagaimana kalau kita menjual rempah-rempah yang tersedia banyak dalam karung besar itu ke pasar, Kak?”

“Baiklah kalau begitu berangkatlah ke pasar, kakak tunggu saja di sini. Siapa tahu pemilik rumah datang.”

“Baiklah, tapi sebaiknya kakak hati-hati. Jangan membuka pintu untuk orang lain selama aku pergi” Sang adik pun segera berangkat membawa satu karung kecil rempah-rampah untuk menjualnya di pasar terdekat.

Pada saat yang sama, rombongan raja sedang berburu. Mereka keheranan menemukan rumah di tengah hutan itu. Raja penasaran siapakah yang berani tinggal serta membangun rumah di hutan lebat seperti ini. Dengan segera, ia memerintah pengawalnya untuk mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Di dalam rumah, Tampe Ruma Sani tidak berani membukakan pintu rumah, dia diam saja tidak menjawab ketukan itu. Gadis manis itu justru bersembunyi di bawah meja dengan ketakutan.

Karena tidak mendapat jawaban, para pengawal raja memutuskan untuk masuk dan memeriksa keadaan. Awalnya mereka tak menemukan siapapun, dan tak melihat Tampe Rama Sani yang sedang bersembunyi. Akan tetapi, rambut gadis itu terlalu panjang untuk disembunyikan sehingga para pengawal segera menemukannya. Mereka meminta Tampe Rama Sani keluar dari persembunyiannya.

Dengan wajah ketakutan, Tampe Rama Sani akhirnya keluar dan menemui sang raja. Ia menceritakan kisahnya dan juga adiknya yang tengah menjual rempah di pasar. Sang raja pun iba, dan akhirnya mengajakTampe Rama Sani dan Laga Ligo untuk menjadi anak angkatnya. Mereka berdua pun hidup bahagia di istana.Jangan lewatkan juga
Itulah cerita rakyat dongeng anak sebelum tidur dari floress Tampe Ruma Sani untuk mendidik kesabaran dan ketulusan sang anak
Pesan Moral Dari Dongeng Cerita Rakyat Tampe Ruma Sani Yaitu:
Kesabaran dan kepasrahan yang tulus akan membuat kebahagian segera datang menjemputmu.
Share:

Blog Archive