Cerita Rakyat Dongeng Cerpen Anak Sebelum Tidur Legenda Sangkuriang Gunung Tangkuban Perahu
Dongeng anak cerita rakyat Gunung Tangkuban Perahu atau wisata tangkuban perahu ternyata memiliki mitossejarah cerita rakyat legenda nusantara yang cukup terkenal ini bagus sekali cerita rakyatnya untuk di jadikan dongeng anak,untuk itu pada Kumpulan Dongeng Anak Cerita Rakyat kali ini akan berbagi kisah cerita rakyat sangkuriang dan dayang sumbi yang disajikan menjadi cerita singkat tangkuban perahu atau ringkasan cerita tangkuban perahu.
Misteri tangkuban perahu yang memilikilegenda cerita rakyat selalu memiliki nilai pesan yang cukup mendidik.Dongeng Sangkuriang singkat atau dongeng tangkuban perahu singkat namun ringkasan dongeng sangkuriang ini di sajikan menjadi legenda sangkuriang lengkap sebagai dongeng untuk anak-anak.
Dongeng anak yang di angkat dari cerita rakyat legendanusantara memang sangat menarik untuk di jadikan dongeng anak sebelum tidur,disamping untuk membantu mendidik moral sang anak juga melestarikan kekayaan budaya daerah nusantara Indonesia tercinta ini.Cerita rakyat sangkuriang yang merupakan cerita rakyat dari jawa baratini sangat bagus untuk di jadikan dongeng anak yang memiliki moral mendidik sang anak agar menghormati orang tua dan menyayangi hewan peliharaan kita.mungkin dongeng anak yang di angkat menjadi cerita rakyat ini hampir mirip dengan cerita rakyat legenda candi Prambanan.Cerita singkat tangkuban perahu dari jawa barat ini di tujukan sebagai dongeng anak.
Cerita Rakyat Dongeng Anak Sangkuriang Legenda Gunung Tangkuban Perahu Dari Jawa Barat
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan cantik bernama Dayang Sumbi. Ia memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Keduanya tinggal di sebuah rumah bersama dengan seekor anjing setia yang selalu menjaga ibu dan anak tersebut. Tak ada yang tahu bahwa Dayang Sumbi sebenarnya adalah seorang dewi dari khayangan, dan anjing bernama Tumang tersebut adalah suaminya. Dayang Sumbi dan Tumang dikutuk oleh dewa karena sebuah kesalahan. Mereka harus turun ke bumi dan tinggal sebagai seorang manusia dan seekor anjing. Keduanya menerima dan menjalani hukuman tersebut dengan lapang dada.
Sangkuriang muda sangat gemar berburu. Saat berburu, ia selalu ditemani oleh Tumang. Mereka berdua sangat cekatan dalam memburu mangsa. Tumang mengejar rusa, babi hutan atau kelinci hingga mereka tersudut, lalu Sangkuriang menombak hewan buruan tersebut. Hampir setiap selesai berburu, keduanya membawa banyak hewan untuk dimakan atau dijual.
Pada suatu hari, Sangkuriang pergi berburu lagi dengan Tumang. Anak muda itu melihat seekor kijang, dan ingin memburunya. Ia memberi perintah pada Tumang untuk menyergap kijang tersebut lalu mengejarnya. Setelah mengendap-endap agar tak ketahuan, Tumang segera mengejar mangsanya.
Namun ternyata kijang itu berlari sangat cepat, jauh lebih cepat daripada kijang lain yang pernah mereka buru. Sangkuriang yang ikut mengejar dan belakang terengah-engah kehabisan napas. Setelah beberapa lama, ia sampai di pinggir sungai dan melihat Tumang sedang mengendus-endus kebingungan.
“Tumang, di mana kijang itu? Apakah kau kehilangan jejaknya?” teriak Sangkuriang dengan nada kesal.Tumang hanya bisa menyalak. Kijang itu melesat bagai anak panah, dan anjing tersebut tak mampu mengejarnya. Air sungai membuat penciumannya melemah, ia tak dapat mengendus jejak kijang untuk mengetahui ke arah mana hewan itu berlari.
Betapa marahnya Sangkuriang. Ia sangat menginginkan kijang itu, dan mereka sudah berlari demikian jauh untuk mengejarnya.
“Kau ini bagaimana sih?” umpat Sangkuriang. “Bagaimana mungkin kau kehilangan jejak kijang itu. Dasar anjing bodoh!” Dengan marah, diambilnya sebuah batu dan pinggir sungai dan dilemparkannya ke arah Tumang. Batu tersebut tepat mengenai kepalanya dan membuatnya tersungkur.
Sangkuriang terkejut dengan apa yang baru saja dilakukannya. Segera dipeluknya Tumang yang tak bergerak lagi. Kepala anjing tersebut penuh darah, matanya terpejam dan napasnya mulai tak terdengar.
“Tumang... Tumang...!! Maafkan aku!” jerit Sangkuriang dengan panik. “Aku tak bermaksud membuat kepalamu terluka. Tadi aku hanya kesal saja. Bangunlah Tumang, jangan mati”
Sayang sekali,darah di kepalaTumang begitu banyak hingga akhirnya anjing itu menghembuskan napas terakhirnya. Sangkuriang menangis sedih. Ia menyesali perbuatannya, namun nasi telah menjadi bubur. Anjing kesayangannya telah mati.
Sangkuriang menangis cukup lama sebelum akhirnya Ia menguburkan Tumang. Setelah selesai, Ia berjalan pulang dengan lunglai. Hatinya sangat pilu.Sesampainya di rumah, Ia menceritakan apa yang terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi yang terperanjat atas kematian Tumang Iangsung melampiaskan kemarahannya pada Sangkuriang. Ia mengambil sendok kayu yang biasa digunakan untuk menanak nasi, lalu dipukulkannya sendok itu ke kepala Sangkuriang dan mengenai dahinya.
“Pergi kau, anak kurang ajar! Berani-beraninya kau membunuh Tumang yang begitu setia padamu!”
“Tapi, Ibu...”
“Pergi kau! Jangan pernah kembali lagi!” Dayang Sumbi mengusir anaknya dengan penuh kemurkaan. Sangkuriang pun meninggalkan rumah dengan dahi terluka dan hati yang pedih.Ia berjalan tak tentu arah, menuju ke mana saja kakinya melangkah. Berkelana dari satu daerah ke daerah lain.
Bertahun-tahun Sangkuriang berkelana dan dari perjalanan tersebut ia menimba banyak ilmu dan satu perguruan ke perguruan lain. Selain seorang pemuda yang cerdas, ia pun anak seorang dewi sehingga Ãa dengan mudah mendapatkan kesaktian dari berbagai perguruan. Semakin hari, kesaktiannya bertambah kuat dan Sangkuriang menggunakannya untuk membantu orang-orang yang kesulitan.
Hingga suatu hari, Sangkuriang sampai di sebuah desa. Sebenarnya desa itu adalah desa kelahirannya, namun Sangkuriang tak mengenali karena ada begitu banyak perubahan di sana. Selain itu, luka di kepalanya saat dipukul ibunya dulu serta rasa tertekannya akibat kematian Tumang dan pengusiran Dayang Sumbi membuatnya melupakan masa kecilnya.
Ketika beristirahat sejenak di sebuah kedai minum, Sangkuriang melihat sosok seorang wanita. Ia terpana akan kecantikannya dan berniat untuk menikahi wanita itu. Sangkuriang tak tahu bahwa wanita itu adalah Dayang Sumbi. Oleh karena Dayang Sumbi adalah keturunan dewa sehingga ia tak bisa menua. Wajahnya semuda gadis-gadis remaja, dan hal itulah yang mem buat Sangkuriang tak mengenali ibunya sendiri.
Dayang Sumbi pun awalnya tak mengetahui siapa Sangkuriang, sebab anaknya itu telah tumbuh menjadi pemuda gagah dan tampan. Ketika Sang/ kuriang mendekatinya, Ia tak menaruh curiga sama sekali hingga Ia melihat bekas luka di dahi pemuda itu. Seketika tahulah ia bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang, anaknya.
Dongeng Anak Cerita Rakyat Sangkuriang Dan Dayang Sumbi Legenda rakyat Gunung Tangkuban Perahu
Dayang Sumbi menjadi sangat ketakutan, terutama karena Sangkuriang tak memercayai penjelasannya. Pemuda yang kasmaran itu bersikeras melamar Dayang Sumbi. Karena kehabisan akal, Dayang Sumbi pun mengajukan dua syarat. Pertama, Sangkuriang harus membendung sungai Citarum, dan syarat kedua, Sangkuriang harus membuat sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
Dayang Sumbi mengira kedua syaratnya akan membuat Sangkuriang mundur. Ia tak tahu bahwa anaknya itu memiliki kesaktian. Dengan cepat, Sangkuriang menyanggupi permintaan tak masuk akal tersebut.Malam itu Sangkuriang melakukan tapa, mengumpulkan kesaktian dan mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan membendung sungai. Dayang Sumbi yang diam-diam mengintip pekerjaan tersebut merasa cemas.
“Bagaimana jika Sangkuriang berhasil menyelesaikannya? Tak mungkin aku menikah dengan anakku sendiri.”
Dayang Sumbi pun memutar otak. Begitu pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, Dayang Sumbi menggelar selendang sutra merah, lalu berdoa pada dewa di khayangan untuk membantunya. Selendang merah itu terbang ke arah Timur, dan menutup sebagian langit. Orang-orang mengira matahari sudah terbit di ufuk karena langit sudah memerah.
Sangkuriang terkejut dan tak mengira pagi datang Iebih cepat dan perkiraannya. Ia pun segera mengetahui bahwa hal tersebut adalah ulah Dayang Sumbi yang tak ingin menikah dengannya. Karena patah hati, Sangkuriang menjadi marah. Ia mengamuk, menjebol bendungan yang dibuatnya. Air bendungan menerjang dan mengakibatkan banjir badang. Penduduk desa ketakutan dan berlarian mencari tempat aman.
Kemarahan Sangkuriang tak berhenti sampai di situ. Ia pun menendang sampan besar hingga terpental jauh. Kesaktiannya membuat sampan tersebut jatuh terbalik dan berubah menjadi sebuah gunung. Hingga saat ini, gunung yang bentuknya mirip sampan terbalik itu masih bisa dilihat, namanya adalah gunungTangkuban Perahu.Jangan lewatkan dongeng anak :
- Cerita rakyat singkat danau toba janji legenda danau toba dan bencana alam
- Dongeng legenda batu menangis tentang anak durhaka
- Dongeng anak La Golo tentang anak pemalas
- Dongeng anak Tampe Ruma Sani tentang ketulusan anak tiri
Itulah cerita rakyat dongeng anak singkat ringkasan dongeng legenda sangkuriang asal usul wisata gunung tangkuban perahu di jawa barat
Pesan Moral Dari Cerita Rakyat Dongeng Anak Sangkuriang Yaitu:
Kita harus selalu menghormati dan menuruti apa kata orang tua,serta harus menyayangi hewan peliharaan kita dan juga harus mampu mengendalikan nafsu amarah.
0 comments:
Post a Comment