Mitos Mistis Misteri Kisah Nyata Kesaktian Suku Baduy
Selamat datang di blog Misteri Nyata Tengah Malam yang akan berbagi misteri kesaktian Suku Baduy ,Lebak Banten.Rumah-rumah bambu, atap rumbia dan ikatan tali rotan, memberikan warna khas perumahan masyarakat Baduy. Baik itu Baduy Luar maupun Baduy Dalam. Dua suku Baduy yang satu, luar memakai baju hitam, yang ke dua, Baduy Dalam, mengenakan baju putih. Dua-duanya Baduy.
Bedanya, Baduy Luar, lebih banyak yang bergaul dengan dunia luar, sedangkan Baduy Dalam lebih ketat, masih berjarak dengan orang luar.
Bedanya, Baduy Luar, lebih banyak yang bergaul dengan dunia luar, sedangkan Baduy Dalam lebih ketat, masih berjarak dengan orang luar.
Masyarakat Baduy sangat patuh kepada aturan Puun, aturan kepala adat, yaitu tidak menggunakan paku untilk rumah dan bangunan. Mereka dilarang menggunakan tehnologi. Tidak ada listrik tidak juga ada televisi dan radio. Semua bangunan menggunakan tali, begitu juga jembatan, semua menggunakan bambu, kayu dan tali.
Dilarang menggunakan paku.Aku melintasi rumah-rumah adat yang asri dan damai. Beberapa perempuan muda membuat kerajinan ayaman daun ripah, daun kelapa dan ilalang tua. Ada pula ibu-ibu yang dengan tekun menenun, Aku juga membeli cendramata kerajinan rakyat.
Kali ini aku datang untuk mencari madu asli dari Baduy. Madu alam yang digunakan sebagai obat mujarab untuk beberapa penyakit berat yang diderita oleh kaum lelaki. Madu asli Baduy ini telah terbukti ampuh menyembuhkan suatu penyakit, terutama lemah syahwat, disfungsi ereksi dan impotensi.
Madu Baduy bukan dari lebah ternak dan budidaya, tapi madu asli yang berkeliaran di pohon-pohon besar di wilayah Baduy. Kali ini, aku membuntuti para pencari madu, mulai dari persiapan berburu, membuka jalan hingga memanen madu tersebut.
Di wilayah perbukitan, tebing dan kaki gunung. Aku menemuI dua sahabat Baduy ku, Ekeng dan Kenong, dua pemuda Baduy yang ahli berburu madu. Tanpa alat apapun, hanya dengan mantra sakti yang dikuasainya, ketika dia naik pohon, lebah langsung terbang semua dan memberikan sarangnya kepada Ekeng dan Kenong untuk dijadikan madu. Dengan memberikan sejumlah uang kepada mereka berdua, aku membawa madu asli yang mujarab dari Baduy sebagai obat ke Jakarta.
Namun dalam perjalanan dua hari bersama mereka berburu madu, batinku bertanya-tanya, ilmu apa yang mereka gunakan hingga lebah yang berbahaya dan mematikan itu takluk kepada mereka. Lebah langsung pasrah memberikan sarang dan madu untuk kedua anak muda ini.
Sebelum naik, keduanya membuat asap sambil membaca Wantra-mantra berbahasa Sunda Serang, berkomat kamit lalu menyapukan tangan mereka ke arah sarang dan kerumunan ribuan lebah. Dalam hitungan detik setelah mereka baca mantra, Iebah beterbangan menjauh meninggalkan sarang dan sarang pun langsung dipetik oleh pemuda Baduy ini dengan aman.
Ketika aku meminta mantra-mantra mereka, mereka berdua sepakat untuk tidak membuka mantra itu. Karena aturan adat melarang mereka membocorkan mantra-mantara apapun di masyarakat Baduy untuk keluar kepada orang lain di luar Suku Raduy.
Mantra itu pun tidak mudah pula dikuasai oleh mereka sakalipun. Sebab belajar mantra itu, menggunakan ritual tertentu seperti dengan ayam putih dan Rain putih berikut air putih. Pemberi ijazah itu adalah tetua adat yang berilmu sakti mandraguna. Tetua ini tidak bisa ditemui orang luar, kecuali pemuda Baduy sendiri yang dipersiapkan sebagal penerus ilmu-ilmu gaib Suku Baduy.
Mantra itu pun tidak mudah pula dikuasai oleh mereka sakalipun. Sebab belajar mantra itu, menggunakan ritual tertentu seperti dengan ayam putih dan Rain putih berikut air putih. Pemberi ijazah itu adalah tetua adat yang berilmu sakti mandraguna. Tetua ini tidak bisa ditemui orang luar, kecuali pemuda Baduy sendiri yang dipersiapkan sebagal penerus ilmu-ilmu gaib Suku Baduy.
Selain ilmu menaklukkan hewan buas, lebah berbahaya dan ular berbisa, masyarakat Baduy juga sangat kuat berjalan kaki ratusan kilometer di tengah terik tanpa alas kaki. Telapak kaki mereka menjadi tebal dan kuat. Paku akan bengkok, duri akan patah bila terinjak oleh telapak kaki mereka. Saking kuatnya telapak kaki, bukannya paku yang menancap di kulit mereka, tapi paku menjadi patah dan bengkok oleh kaki mereka. Mantra apa pula yang dibacakan mereka jika mau bepergian ribuan kilometer dan kampung Suku Baduy Banten ini?
Adalah tiga pemuda Baduy Luar yang sering sekali datang ke Jakarta, jalan kaki selama tiga hari tiga malam berjualan madu dan kerajinan tangan dari Desa Kenekes. Mereka berjalan jauh menuju Jakarta dan berjualan di daerah Jakarta Selatan, seperti Ciputat dan Pondok lndah.
Cerita Mistis Misteri Kisah Nyata Mitos Mantra Primbon Suku Baduy
Mereka aku temui juga saat aku bertemu mereka di Baduy yang akan berangkat berjalan kaki ke ibukota. Mereka adalah Syarif, Asan dan Asen, tiga pemuda umur 20-an tahun yang bolak balik membawa kerajinan tangan dan madu. Uang hasil penjualan mereka kumpulkan dan dibawa kembahi ke Baduy.
Selama di jalan, jika mereka ngantuk, mereka tidur di kebon-kebon, di saung kosong atau di bawah pohon rindang. Mereka dilarang untuk tidur di mesjid atau di musholah. Larangan tetua adat karena agama mereka bukan Islam. Maka tu, tidak boleh tidur di tempat ummat Islam.
“Agama kami agama Nabi Adam, agama Sunda Wiwitan,” kata Syarif, kepada saya. Tuhan mereka adalah Penguasa Alam Semesta, yang memberi hidup dan kehidupan bagi mereka Suku Baduy. Penguasa alam yang memberi kesuburan tanaman dan memberikan kesehatan bagi mereka keluarga Baduy.
Mungkin karena kekuatan mantra juga, pemuda Baduy ini, walau tidak mandi dan tidak menggunakan mewangian, mereka tidak bau. Keringatnya tidak berbau karena mantra-mantra warisan leluhur, yang membuat keringat mereka tidak busuk. Bahkan sebagian wangi tanpa pewangi. Tapi, jika mereka ingin mandi, mereka mandi di mana pun.
Baik itu di sungai yang mengalir yang mereka temui, maupun di danau yang terdapat airnya. Walau ada yang mengajak gratis, mereka dilarang naik mobil, kereta api dan motor. Mereka harus jalan kaki walau selama tiga hingga lima hari dari Jakarta ke Baduy.
Baik itu di sungai yang mengalir yang mereka temui, maupun di danau yang terdapat airnya. Walau ada yang mengajak gratis, mereka dilarang naik mobil, kereta api dan motor. Mereka harus jalan kaki walau selama tiga hingga lima hari dari Jakarta ke Baduy.
Walau mereka mandi di air kotor sekahipun, kulit mereka tidak akan gatal dan tidak akan menjadi budukan. Bahkan menimum air yang tidak dimasak pun, mereka tidak sakit perut. Bila adalah masyarakat Baduy yang sakit, diobati dengan mantra-mantra rahasia mereka, dibantu dengan obat-obatan herbal dan tetumbuhan dan tanaman di sekitar mereka sendiri.
Yang paling unik budaya lokal Suku Baduy, dan hal itu patut dicontoh, yaltu sikap kebersamaan mereka. Mereka saling kasih mengasihi, saling mencintai dan saling bergotong royong dan bekerjasama dengan baik antar sesama.
Lain dan itu, mereka sangat patuh kepada Puun, kepada pimpinan adat dan teguh memegang adat tersebut. Dalam sejarah Suku Baduy, tidak ada pertengkaran hingga sampai saling bunuh antara mereka. Tidak ada kasus pembunuhan di masyarakat Baduy. Mereka benar-benar menegakkan azaz musyawarah mufakat, saking bertimbang rasa dan saling memahami antara satu dengan yang lainnya.
Menguak Mistis Misteri Kisah Nyata Kesaktian Suku Baduy Pedalaman
“Mereka dikatakan primitif, tapi tata kelola hidup dan kehidupan mereka sebenarnya sangat moderen. Sebaliknya, orang yang dikatakan moderen, justru berprilaku primitif. Karena rebutan harta, orang kota bisa saling bunuh dan saling memenjarakan. Coba, Suku Buduy, bila ada gesekan antara warga, dengan cepat diselesaikan melalui cara musyawarah dan mufakat oleh Puun dan para Jero di dalam adat itu,” kata Ki Kanjeng Hanan Susmlo, 67 tahun, pemerhati adat Suku Baduy yang bermukim di Rangkasbitung, Lebak,
Apa yang dikatakan Ki Kanjeng Hanan Susilo, yang juga praktisi supranatural di Banten ni, bahwa ilmu gaib Suku Baduy itu sangatlah tinggi. Sama tingginya dengan masyarakat Suku Dayak di Kalimantan Timur. Ki Kanjeng adalah paranormal yang banyak menggali mantra-mantra rahasia dua suku ini. Bahkan, ilmu gaib Suku Dayak, digunakan Ki Kanjeng untuk mengobati ragam penyakit bagi ratusan pasiennya di Banten ini.
Selain mantra Suku Dayak, mantra-mantra Suku Baduy pun,
digunakan Ki Kanjeng untuk ilmu kekebalan tubuh. Baik kebal tembak maupun kepal bacokan. Untuk mendapatkan mantra Suku Baduy dan Suku Dayak, kata Ki Kanjeng, seseorang harus masuk dulu di tengah kedua suku itu. Jika tidak, tidak akan mendapatkan ilmu apapun dari mereka. Bahkan, bulan depan. Ki Kajeng akan ke Jambi, akan masuk ke tengah Suku Kubu untuk mempelajari mantra-mantra sakti mandraguna masyarakat Kubu, baik di Jambi maupun di Sumatera Selatan.
digunakan Ki Kanjeng untuk ilmu kekebalan tubuh. Baik kebal tembak maupun kepal bacokan. Untuk mendapatkan mantra Suku Baduy dan Suku Dayak, kata Ki Kanjeng, seseorang harus masuk dulu di tengah kedua suku itu. Jika tidak, tidak akan mendapatkan ilmu apapun dari mereka. Bahkan, bulan depan. Ki Kajeng akan ke Jambi, akan masuk ke tengah Suku Kubu untuk mempelajari mantra-mantra sakti mandraguna masyarakat Kubu, baik di Jambi maupun di Sumatera Selatan.
Itulah misteri mistis menguak mengintip kesaktian suku Baduy
0 comments:
Post a Comment