27 January 2017

Cerita Mistis Dibalik Burung Hantu Dan Burung Sriti

Menguak Mitos Mistik Burung Hantu dan Burung Sriti

Burung Hantu dan Burung Sriti di percaya sebagian orang sebagai burung mistis berhubungan dengan kegaiban.

Ada beberapa jenis burung yang memiliki nilai berbeda dengan burung yang lain. Burung yang demikian ini biasanya dianggap mempunyai tuah, sakral dan tidak boleh diperlakuan sembarangan. Setidaknya ada persyaratan tertentu yang harus dipatuhi seseorang agar tidak celaka karena kutukan burung tersebut.
Selain burung gagak, wiwIt atau emprit granthil, burung hantu adalah burung agak lain, yang kehadirannya kadangkala memberikan isyarat akan datangnya sesuatu. Sesuatu tadi, bisa menyenangkan bisa juga sebaliknya, tergantung bagaimana putaran nasib dari tiap orang yang memang secara kebetulan melihat burung-burung bersangkutan.

Cerita mistik dunia terbaru Mitos Burung Hantu

Bagi mereka yang hidup di pedesaan, pasti tidak asing lagi dengan burung hantu, burung yang dijadikan lambang dunia pendidikan. Ketika penulis masih kecil, hampir tiap malam, nyanyian burung bermata tajam, berbulu kecoklatan, ada juga yang warna bulunya abu-abu tersebut, begitu akrab di telinga penulis.
Burung pemangsa tikus, babal (bunga calon nangka) serta beberapa jenis hewan kecil tadi pernah juga penulis pelihara. Awalnya, pada suatu tengah malam, sepulang dari menonton kesenian tradisional ludruk, penulis mendapati seekor burung hantu piyik (anakan) hampir terinjak. Burung yang nampaknya baru dierami induknya itu lantas penulis pungut.


Tak tahu apa makanan kesukaan burung itu, penulis memasukkan burung kecil ini ke dalam sebuah sangkar yang lobang pintunya sengaja dibuang. Harapannya bila induknya ingin memberi anaknya makanan, hal itu bisa dilakukannya dengan gampang.


Apa yang penulis kerjakan tadi, mendapat respon dari induk burung hantu. Setiap malam si induk datang untuk memberi makan piyiknya. Hal itu berlangsung hingga piyik cukup besar dan siap terbanng. Merasa waktunya sudah tiba, tali yang melingkar pada kaki si piyik pun dilepas. Kelihatan sekali, piyik dan induknya merasa senang. Seakan mengucapkan terima kasib tak terhingganya, dua ekor burung ini lama sekali memandang penulis dengan tatapan mata penuh kegembiraan.


Dua hari setelah kejadian tersebut, penulis memperoleh kabar dan wali kelas bahwa satu dari tiga siswa SD Sanggrahan yang nilai ujiannya paling baik adalah penulis. Berbekal itu, penulis bisa melanjutkan ke SMP terkenal di kota. Betapa gembiranya hati ini, karena Tuhan telah mengabulkan permohonan salah satu hambaNya yang lemah ni. Apakah ini ada kaitannya dengan usaha penulis menolong burung hantu kemarin? Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.


Peristiwa lainnya, menjelang dini hari, beberapa waktu yang lalu, penulis naik ke lantai atas dan sebuah bangunan yang penulis dirikan dengan susah payah.
Belum sampai sholat malam, di atas kepala penulis terasa ada benda terbang berputar ke sana ke mari. Titik konsentrasi penulis pada sholat menjadi buyar seketika. Penulis memandang ke bagian plafon bangunan. Pada tali jemuran yang sengaja dipasang di situ, untuk merentangkan pakaian yang belum kering saat dijemur siang harinya, bertengger seekor burung hantu.


Sorot matanya yang aneh selayak hantu sungguhan ini, membikin penulis merinding. Burung tersebut lantas diusir menggunakan surban yang biasa melingkar di bagian kepala. Lima, sepuluh kali penulis coba halau, burung itu hanya diam saja. Kalau pun mau memberikan reaksi, dia hanya terbang sana, terbang sini, hinggap dan kisi jendela ke tali jemuran semula. Dia ogah keluar, padahal pintu, jendela telah dibuka lebar-lebar. Bila mau, dengan leluasa burung itu pasti mampu menerobos pekatnya malam.


Merasa bisa mengambil manfaat dari burung itu, penulis mengambil kamera. Lama sekali memang tidak melihat burung hantu secara dekat. Kebetulan nih, ibarat pepatah: pucuk dicinta ulam tiba.
Berulangkali burung itu penulis ambil gambarnya, dalam segala posisi. Hasilnyasungguh tak mengecewakan. Setelah meletakan kamera pada kamar yang berada di Iantai bawah, lantas penulis kembali ke atas, burung hantu tak lagi berada di tempatnya. Penulis berusaha mencari ke setiap sudut ruangan, batang hidung burung tadi tak ditemukan.


Apakah burung ini jelmaan burung hantu yang penulis tolong beberapa tahun silam, kemudian sebagai rasa terima kasihnya lantas Ia unjuk diri di depanku? Entahlah...
Ada juga kisah Iainnya. Beberapa bulan sebelum orangtua wanita penulis dipanggil menghadap Sang Khalik, ada suatu fenomena agak ganjil berhubungan dengan burung hantu. Setiap menjelang petang, dua ekor burung hantu sedang terbang ke arah rumpun bambu yang ada di selatan jalan, tak jauh dan rumah orangtua penulis. Keadaan demikian berlangsung hingga kurang Iebih seminggu Iamanya.


Pada hari ke delapan, tak tahu bagaimana prosesnya, ada seekor burung hantu terkapar di depan pintu masuk rumah orang tua. Burung itu menggelepargelepar, seakan merasakan kesakitan luar biasa.
Tentu saja orang-orang yang lewat dekat pintu tersebut tergeletik hatinya untuk berusaha menolong burung malang itu sebisa mungkin. Burung yang sekarat tersebut hendak diambil, untuk selanjutnya dirawat dalam rumah. Aneh. Begitu burung ini hendak dipegang, Ia hidup lagi, kemudian terbang dalam pekatnya senja yang mulai merangkak malam. Bersamaan dengan meninggalnya ibu penulis kurang Iebih seminggu kemudian, burung hantu yang berseliweran di atas bubungan atap rumah tak ada lagi.


Deretan peristiwa yang mungkin hanya kebetulan saja kejadiannya, tapi fakta aneh inilah yang akhirnya menggelitik penulis. Bagaimana pun burung tetap mahkluk biasa, seperti juga makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain.
Lain lagi cerita soal burung sriti. Seperti kita ketahui, sriti adalah burung yang sarangnya bisa dimanfaatkan, diambi liur yang melekat pada sarang itu untuk berbagai macam keperluan, baik untuk dunia medis, kosmetik mau pun dikonsumsi sebagai masakan berkuah.


Burung dengan warna bulu hitam bercampur dengan bintik putih, lebar dan panjang sayap jauh melebihi ukuran tubuhnya ini, harga sarangnya bisa berharga jutaan, per satu kilogramnya. Tak heran bila burung terbang bak Iayang-layang ini selalu jadi tumpuan harapan sebagian orang untuk mencari peruntungan, karena nilal ekonomisnya.
Ada yang percaya sriti adalah sriti tidak boleh diperlakuan sekehendak hati. Burung sriti adalah burung aneh, datang dan pergi tanpa permisi, menempati, menempel pada dinding rumah orang dengan tak diundang, beranak-pinak di lereng-lereng batu terjal di pegunungan dengan segumpal misteri.
Suatu saat, Bandan (31) mendapati di dalam rumahnya bergelantungan beberapa ekor sriti, sehingga telek/kotorannya menempel pada setiap pojok dinding rumah yang baru dibangun tersebut. Tentu saja hal ini membikin lelaki satu anak, suami dari Waginah ini berang.


“Burung kurang kerjaan!” teriak Bardan sambil melempani burung-burung tersebut dengan kerikil yang dicomot dar tepi jalan depan rumah. Bandan terus melakukannya hingga tenggorokannya tenasa kering karena dipergunakan teriak-teriak.


Seekor sriti yang terjerembab jatuh malah dipukul memakal gagang sapu hingga akhirnya mati mengenaskan. Bandan merasa puas. “Biar kapok, tidak datang lagi,” ujannya sambil berkacak pinggang. Bangkai burung tersebut dibuang ke tempat sampah pada esok harinya.
Beberapa hari setelah itu, Bandan harus menelan piI sangat pahit pada bagian tubuh tertentunya. Kaki dan tangan tangan tidak bisa digerakkan. Jadilah dia lelaki penuh derita lantaran anggota tubuh tak berfungsi normal tersebut. orang lantas menghubungkan apa yang dialami lelaki pemberang ini dengan perlakuan kurang santunnya dengan burung sriti.


Ada juga kisah mistis seputar burung sriti. Di bagian timur jalan raya jurusan Tulungagung-Popoh, kurang lebih dua ratus meter selatan pasar Boyolangu, bendiri megah sebuah bangunan. Bangunan lebih dari dua lantai tadi, sebelumnya adalah rumah bunung sriti. Setiap pagi, ribuan burung sriti keluar ran gedung ini dengan suara khasnya. Menjelang Maghrib, burung itu kembali ke sarang yang secara berjajar menyatu pada dinding gedung bercat oranye tadi.


Mungkmn sudah puluhan , malah ratusan juta  uang mengalir ke kantong pemiliknya. Pak A (sebut saja begitu) muncul sebagai orang kaya desa itu yang paling disegani. Orang pun demikian hormat pada pengusaha properti hebat, berpostur tubuh jangkung, bermata tajam demikian.
Entah sebab apa, bersamaan dengan meninggalnya Pak A beberapa tahun silam, gedung prestisius tadi berubah menjadi suatu tempat biasa, tanpa cericitnya ribuan pasang burung.


 Bahkan dalam kurun waktu beberapa bulan berikutnya, hanya tinggal tak lebih dari sepuluh pasang burung numpang hidup di situ.
“Boleh jadi, keadaan ini ada kaitannya dengan aroma mistis burung sriti. Bunung itu hanya mau ‘menemani’ hidup Pak A saja. Setelah Pak A dipanggil menghadap Ihlahi rabbi, maka lenyaplah burung sriti mihiknya. Tak ada yang tahu ke mana burung-burung dimaksud bermigrasi,” tutur Abduh (42) pada penulis.

Mitos Mistis Burung Sriti


Sriti adalah burung yang identik dengan suasana lembab, gelap, serta tidak merasa begitu nyaman dengan suara-suara bising di sekelilingnya. Praktis, mereka yang memelihara sriti harus rela dirinya berakrab dengan sesuatu yang kesannya kumuh, bau, seram, gelap, terisolir dar keramaian.

Bila syarat-syarat demikian tidak terpenuhi, sriti kurang kerasan tinggal di situ. untuk mendatangkan sriti, konon, ada mantra tertentu untuk memanggil sriti agar sudi datang ke sebuah lokasi. Orang yang dimintai tolong untuk mengundang sriti pun bukan orang sembarangan. Orang ini harus memiliki hati bersih dan mampu berkomunikasi dengan pemimpin sriti dari alam kegaiban.

Bukan rahasia lagi, menunut mereka yang meyakininya, di antara ribuan burung yang mampu terbang berjam-jam, tak pernah istirahat, kecuali nangkring pada sarangnya ini, terselip makhhuk astral yang merubah wujud fisiknya menjadi burung.
Kesukaan sriti pada suasana gelap ini, apakah dianggap sebagai pengejawantahan serta simbol dari kehidupan bangsa halus?! Semua kembali pada kepercayaan setiap individu sendiri. Yang jelas, dalam keadaan gelap malam yang sangat pekat sekalipun, burung sriti bisa terbang ke suatu tempat tanpa tertabrak benda yang membahayakan keselamatan dirinya.
itulah menguak mitos mistis burung hantu dan burung sriti
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive