Cerita Dongeng Rakyat Sejarah Legenda Asal-Usul Patih Gajah Mada Dengan Sumpah Palapa
CERITA RAKYAT.Jika teman-teman sedang mencari Kumpulan cerita rakyat adalah ini situs yang tepat.Silang pendapat tentang asal-usulGajah Mada memang tak pernah lekang dimakan zaman. Salah satunya adalah makam Dewi Andong Sang, sang ibunda, yang terletak di atas sebuah bukit yang biasa disebut dengan Gunung Ratu.
Nama Gajah Mada, Maha Patih Gajah Mada yang berhasil menyatukan Nusantara dan berhasil mewujudkan Sumpah Palapa yang diucapkannya, memang begitu menyatu dalam gerak hidup dan kehidupan bangsa indonesia.
Kariernya yang dimulai dari prajurit Bhayangkara, memang benar-benar layak menjadi tauladan tentang dharma seorang prajurit untuk menjaga keamanan negara serta junjungannya.Tugas yang diembannya benar-benar diejawantahkan ketika ia diangkat sebagai Mahapatih Gajah Mada dan bersumpah bahwa tidak akan beristirahat (amukti palapa) jika belum dapat menyatukan seluruh Nusantara.
Yang paling menarik adalah asal-usul sosok yang akhirnya menjadi Maha Patih Kerajaan Majapahit. Legenda tempat kelahirannya boleh dikata terdapat di mana-mana, di antaranya adalah di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,bahkan ada sebagian yang menyatakan bahwa Gajah Mada adalah Dewa yang sengaja maujud untuk menata hidup dan kehidupan manusia di dunia.
Di timur Pulau Jawa, tepatnya Di Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang, Lamongan, di atas sebuah bukit yang dikenal dengan sebutan Gunung Ratu, terdapat sebuah makam yang diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai makam Dewi Andong Sari, ibunda dari Sang Maha Patih Gajah Mada.
Menurut tutur yangberkembang di tengah-tengah masyarakat, sejatinya, Dewi Andong Sari adalah salah satu selir Raden Wijaya, raja pertama Majapahit, yang menjadi korban fitnah bahwa kehamilannya merupakan hasil hubungan gelap. Raden Wijaya yang murka langsung saja memerintahkan beberapa prajurit untuk membunuhnya. Namun, di tengah perjalanan, para prajurit tak sampai hati membunuh Dewi Andong Sari mereka. hanya mengasingkan sang selir yang malang itu ke atas sebuah bukti yang waktu itu masih merupakan hutan belukar yang lebat.
Setelah mempersiapkan sebuah gubug sederhana, sehingga Dewi Andong Sari tidak terkena panas dan hujan serta terhindar dari ancaman binatang buas, dengan berat hati serta permohonan maaf yang tak terhingga, mereka pun meninggalkan sang selir yang hanya ditemani oleh dua binatang kesayangannya; seekor kucing yang bernama condromowo dan seekor garangan (musang) yang berbulu putih.Kelak dikemudian hari, bukit itu akhirnya dikenal dengan sebutan Gunung Ratu.
Waktu terus berlalu, hingga pada suatu hari, Dewi Andong Sari melahirkan seorang bayi lelaki yang gemuk dan sehat.Suatu ketika, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Dewi Andong Sari pun terpaksa meninggal tempat itu barang sesaat. Sebelum berangkat, ia pun berpesan; “Condoromowo dan garangan, jaga anakku dengan sebaik-baiknya.”Kedua binatang itu bagai mengerti. Keduanya menatap junjungannya.
Kisah Cerita Misteri Asal Usul Sejarah Gajah Mada Dan Dewi Andong
“Aku tidak akan lama, begitu selesai, Iangsung kembali,” demikian ujar Dewi Andong Sari sambil berjalan keluar dari gubugnya.Tak berapa lama kemudian, entah dari mana datangnya, tiba-tiba, condromowo dan garangan putih melihat seekor ular besar yang siap memangsa bayi kecil yang dijaganya. Perkelahian sengit pun sontak terjadi.
Beberapa kali, pagutan dan semburan bisa ular itu berhasil diatasi oleh condromowo dan garangan putih keduanya benar-benat tak kenal takut apa lagi menyerah. Hingga akhirnya, pada saat yang tepat, condoromowo berhasil menggigit bagian atas sementara garangan putih berhasil menggigit bagian bawah leher ular itu....
Karena kehabisan darah, akibatnya, ular itu pun mati Kini, tinggalah condoromowo dan garangan putih yang kelelahan dengan mulut yang berlumuran darah ular.Pada saat itu, Dewi Andong Sari yang baru saja kembali menjadi terkejut. Selain tak menemukan anak kesayangannya, ia melihat mulut kedua binatang kesayangannya itu berlumuran darah. Sontak, emosinya pun menyala.
“Kalian pasti telah memangsa anakku. Dasar binatang tak tahu diuntung,” katanya sambil mengambil sebatang bambu, dan langsung memburu dan memukul kedua binatang itu.
Akibat kelelahan setelah bertarung cukup lama dengan sang ular, sudah barang tentu, ketika keduanya tersudut di sutu tempat, maka, condoromowo dan garangan putih itu tak bisa menghindari pukulan bertubi-tubi yang menghantam tubuhnya.
Tak lama kemudian, binatang yang selama ini menjadi penjaga setianya itu mati dengan mengenaskan. Belum lagi hilang emosinya, mendadak, Ia mendengar suara anak kecil dari gerumbul perdu yang ada di samping gubugnya.
“Anakku,” demikian teriak Dewi Andong Sari dengan napas yang memburu menghambur ke arah gerumbul perdu.
Ia Iangsung mendekap tubuh anaknya, sementara, matanya menatap nanar kedua binatang kesayangannya yang kini sudah tidak bernyawa.
“Ah.. .ternyata aku salah sangka. Duh Dewa Jagad Batara, ampuni kesalahan hamba,” demikian ratapnya berulang-ulang sambil menatap penuh sesal kedua binatang kesayangannya itu. Rasa penyesalan yang demikian menghujam, membuat Dewi Andong Sari akhirnya juga menghembuskan napas terakhirnya.
Kisah Cerita Nyata Misteri Cerita Rakyat Legenda Dongeng Nusantara Patih Gajahmada
Agaknya, alam berkehendak lain. Pada saat itu, Ki Gede Sidowayah, sang pamong desa tanpa sengaja lewat di dekat tempat itu. Dengan penuh kasih, Ia menggendong si bocah malang itu.Tak lama kemudian, dengan dibantu oleh beberapa orang kepercayaannya, Ia mengubur jasad Dewi Andong Sari serta kedua binatang kesayangannya itu dengan sebagaimana mestinya.
Setelah itu, si bocah malangitu dititipkan untuk diasuh oleh adik perempuannya, Janda Wara Wuri yang mukim di Desa Modo. Di sanalah, akhirnya, bocah tersebut lebih dikenal dengfan sebutan Joko Modo jejaka yang berasal dan Desa Modo dan ketika dewasa, Ia dibawa oleh Ki Gede Sidowayah untuk mengabdikan diri sebagai prajurit di Kerajaan Majapahit dan pada akhirnya menjadi maha patih dengan nama Gajah Mada.
Berkat asuhan arif Janda Wara Wuri dan gemblengan dan Ki Gede Sidowayah jadilah Ia sosok yang mumpuni dalam pelbagai ilmu tentang hidup dan kehidupan di dunia. Selain itu, kecintaan Gajah Made pada bendera “gula kelapa” atau sang merah putih, benar-benar tampak dengan jelas di makam Dewi Andong Sari.
Betapa tidak, ke-Indonesia-an sungguh sangat terasa di tempat ini,merah putih tampak dilingkarkan di beberapa batang pohon besar serta di bagian atap dan dinding pendopo. Selain tu, di salah satu pendopo juga terpampang dua gambar sang prokamator, Bung Karno, lengkap dengan garuda lambang negara.
Sementara, makam Dewi Andong Sari yang dihiasi dengan payung-payung kuning khas kerajaan terdapat di dalam bangunan sebelah utara menghadap ke selatan --- di dalam bangunan in terdapat lime batang pohon besar yang menembus hingga ke atas atap yang tampaknya memang sengaja tidak ditebang —- sedangkan kuburan kucing condomowo dan musang putih tampak mencolok di atas tanah tepat di samping jalanan keramik yang juga terawat dengan apik.
Menurut salah satu juru kunci, anak tangga menuju makam Dewi Andong Sari sama dengan makam raja-raja Jawa yang terdapat di Imogiri, Jogjakarta, yakni jika seseorang mampu menghitung jumlah anak tangga ini secara tepat dan jumlahnya sama ketika naik maupun turun, biasanya, hajatnya bakal terkabul.
Selain itu, di samping tidak boleh mengambil gambar, di tempat yang dikeramatkan ini, para peziarah juga dilarang keras untuk ingin tahu keperluan dan peziarah yang lainnya.Dengan kata lain, di makam Dewi Andong Sari, peziarah cukup datang untuk keperluannya sendiri. Sejatinya, hal tersebut selaras dengan pesan para sesepuh; “Jika belum tahu, silakan cari tahu. Sesudah tahu, diem!”
Namun berbeda dengan kenyataan yang terjadi di makam Dewi Andong Sari, usut punya usut, ternyata, belakangan, banyak peziarah yang mengaku sebagai “orang pintar” dan merayu peziarah lain dengan menyatakan bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk “menyedot” pusakaatau harta gaib Bung Karno.
Baca juga cerita rakyat Kerajaan Majapahit Mpu Nala
Baca juga cerita rakyat Kerajaan Majapahit Mpu Nala
Itulah sejarah asal-usul Patih Gajah Mada dan silsilah gajahmada
0 comments:
Post a Comment