Cerita Seram Mistis Misteri Hantu Nyata Arwah Orang Meninggal Mati Karena Kecelakaan Korban Banjir Bandang
Cerita seram hantu nyata cerpen hantu arwah penasaran orang meninggal secara tidak wajar.Langsung saja kita simak kisah nyata mistis misterinya. Jujur saja aku sangat takut. Tubuhku menggigil dan terasa ingin pipis karena tegang. Malam itu, cuaca begitu dingin. Suhu mencapai 18 derajat selsius. Padahal di siang hari, 35 derajat celsius, sangatlah panas. Alam sekitar Desa Baguang, sangatlah ekstrim. Panas sekali di saat siang namun sangat dingin sekali ketika malam hari.cerita seram
Desa ini sangat sunyi, sepi dan lengang. Semua lampu mati. Perusahaan listrik negara setempat memadamkan lampu secara bergiliran. Daerah ini baru saja terkena banjir bandang. Seratus sepuluh orang tewas, dua ratus lima puluh tiga orang hilang. Delapan puluh rumah hancur dan sebelas ribu hektar sawah gagal panen.cerita seram terbaru
Suamiku, Mas Gatot Sudiantoro, 45 tahun, tertidur pulas di ranjang kamar depan. Dia naik ke peraduan sejak jam sembilan lebih tiga puluh menit tadi. Aku merasa iri melihat dia tidur begitu enak Sementara mataku, tak dapat aku pejamkan sama sekali. Karena kebiasaanku sejak kecil, di mana aku tidak dapat tidur dalam gelap. Penerangan hanya dengan sebatang lilin yang kerlap kerlip terancam padam.cerita setan
Suara serigala mengaum menggetarkan batinku. Suamiku aku bangunkan supaya ikut mendengarkan suara anjing hutan itu. Tapi karena dia lelah menyetir jarak jauh dan mengantuk sekali, dia tidak menghiraukan aku. Bahkan setelah itu mengorok dengan kencang.
Malam itu adalah Malam Jumat Kliwon, 22 Januari 2010. Aku dan suamiku datang dari jauh ke desa ini untuk menemui pamanku, bibi dan lima anaknya yang terkena musibah banjir bandang. Namun temyata satu keluarga hilang. Tidak ditemukan hingga sekarang. Jangankan ditemukan dalam keadaan hidup, jenazah mereka pun, bila sudah meninggal, tidak ditemukan. Mungkin terbawa banjir yang begitu dahsyat dan hanyut ke tengah laut.cerpen hantu
Karena tidak ada famili lain di desa Baguang, maka kami menyewa rumah penduduk. Sebuah rumah kayu yang baru dibangun seorang warga, kami sewa untuk beberapa hari selama di Baguang. Rumah dari bahan kayu jati dengan atap sirap yang anggun.Isinya Iengkap dengan tempat tidur, kasur, lemari, meja kursi dan televisi dan kulkas. Namun karena tidak ada aliran histrik, maka semua alat elektronik itu mati Tak bisa difungsikan sebagaimana mestinya.seram hantu
Malam semakin larut, keadaan sekitár semakin sepi. Dalam keadaan gelap gulita, aku mengambil senter 12 baterei dari kamar, dekat suamiku tidur, untuk melihat keadaan di dapur. Pikirku aku bisa memasak mie instan karena perutku mulai lapar. Ada beberapa bungkus mie yang aku beli saat akan masuk wilayah desa ini.
Cerita misteri mistis seram kisah nyata Cerpen Hantu penampakkan arwah orang meninggal mati penasaran
Di dapur rumah milik Mang Hardiman ini, ada dua kompor minyak tanah dan aku nyalakan salah satunya. Aku letakkan panci berisi air mineral dan kupanaskan di atas kompor. Kompor itu menyala dan beberapa saat kemudian air mendidih. Lalu aku masukkan dua super mie soto di dalam panci. Satu untukku, satu lagi untuk suamiku bila dia bisa dibangunkan untuk makan. Setelah aku masukkan bumbu bumbu dan siap dihidangkan, tiba-tiba aku mendengar suara dari pintu dapur.
“Lapar, lapar, tolong..aku lapar,” kata suara diluar pintu.
“Aduh suara siapa itu, tengah malam begini kelaparan?” bisik batinku.
Suara itu makin ama makin mengeras. Dan akupun, menjadi penasaran.
“Siapa ya?” tanyaku, dari dekat kompor.
“Aku Bibi, aku, Maryamah, aku kelaparan Bibi, minta makan,” katanya, jelas terdengar ditelingaku.
Nama Maryamah sudah tidak asing lagi bagiku. Maryamah adalah anak terbesar dari Paman Budiman Harnanto, kelas tiga SMA Budi Karya, saat terkena musibah banjir bandang sebulan halu.
“Maryamah anak Paman Budiman?” tanyaku, menyehidik.
“Iya Bibi, Maryamah anak Pak Budiman Harmanto,” katanya, sambil merintih.
Maryamah seharusnya selama ini memanggil aku kakak, karena kami bersaudara sepupuh. Namun, karena diajari panggil Bibi,maka dari SD kelas satu hingga SMA kehas tiga,dia memanggil aku Bibi. Sementara aku memanggilnya dengan panggiIan sayang, Si Endut, karena tubuhnya agak gendut. Umur 15 tahun berat badannya hampir 67 kilogram.mitos
Aku mengambil senter dan membuka pintu dapur. Tempat sumber suara berbunyi. Dengan perlahan aku membuka engsel pintu dan menguak pintu dapur itu. Dengan senter terang, aku jelas melihat Maryamah berdiri di depan pintu dapur. Di atas sebuah titial kayu di pinggir Sungai Batara. Sungai yang dilalui banjir bandang dan menelan banyak korban jiwa bulan lalu.
“Maryamah, engkau masih hidup, Nak?” tanyaku, sambih memeluk saudara sepupuhku itu dengan mesra.
Aku merindukan dia dan aku sangat bahagia bertemu dia.
“Bagairnana engkau bisa selamat, di mana Ayah, Ibu dan empat adikmu, Nak?” tanyaku.
Tubuh Maryamah lemas dan beberapa saat kemudian dia pingsan di tanganku. Aku membawanya dia ke dalam dapur dan menidurkannya secara sempurna di lantai. Lalu aku buru-buru memanggil suamiku yang sedang terlelap. Suamiku kaget, bangun, mengucek-ucek mata lalu ke dapur bersamaku. Mas gatot Sudiantoro, suamiku membantu Maryamah. Memberikan balsem di hidungnya, di kakinya yang dingin dan beberapa saat kemudian, Maryamah siuman.
Dalam keadaan sudah normal, Maryamah aku suapi super mie yang kubuat. Dia makan dan menelan mie itu dengan baik. Setelah itu, suamiku’membuatkan teh manis panas dan Maryamah menikmati teh hangat itu.Setelah makan kami bertanya, bagaimana Maryamah selamat dan di mana kedua orangtuanya serta empat adiknya yang lain. Maryamah menangis sambil menggelengkan kepalanya. Aku memahami kesedihan hatinya dan aku mengurut punggungnya sambil ikut menangis.
Maryamah mengaku sadar waktu dibawa air banjir besar ke laut. Diá terapung di tengah haut dan bergelayut dengan daun pintu papan. Daun itulah yang menyelamatkan dirinya hingga dia mampu mengayuh ke pantai.Selama sebulan, dia makan makanan yang ada mengapung di laut. Makanan seperti roti-roti sisa rumah tangga yang hancur dan ikut hanyut. Ada pula makanan seperti nasi di dalam termos yang bisa dinikmati selama mengapung di laut. Alhamdulillah, Maryamah mampu bertahan dan suivive selama sebulan terkena musibah banjir bandang yang mengerikan itu. Dia bisa ke darat dan kembali ke desa Baguang tempat kelahirannya.
Pucuk dicita ulam tiba. Demikian pepatah lama yang kukaitkan dengan munculnya Maryamah dalam kehidupan kami. Pas kami datang ke Desa Baguang, dia kembali dari laut. Dia minta makan karena lapar, di saat yang memasak mie yang dia cium dari luar, adalah aku. Dia tahu dari lubang dinding itu adalah aku yang sedang memasak. Maka itu, dia memanggil, meminta makan karena kelaparan di tengah malam buta setelah berjalan jauh dari laut.
Alhamdulihlah, Maryamah bertemu dengan kami. Kami juga sujud syukur bertemu dan menemukan saudara sepupu ku Maryamah yang cantik. Memang, walau tubuhnya gemuk, Maryamah berwajah cantik. Hidungnya mancung dan kulitnya kuning seperti kulit ibunya yang hilang.
Maryamah aku urus. Bajunya yang lusuh dan sobek aku ganti dengan bajuku. Dia berukuran sama dengan tubuhku, maka semua bajuku, sarungku dan dasterku untuk tidur, pa sekali di badannya. Malam itu juga aku mandikan dia dengan air hangat dan dia tertidur pulas. Pikir kami, pagi harinya, dia baru bisa diajak ngobrol dan kami mencari tahu di mana posisi empat adiknya dan kedua orangtuanya yang raib sejak musibah besar banjir bandang itu.
Setelah Maryamah tertidur pulas, aku pun dapat tidur. Lenyap menawang di dalam peraduan, sekitar pukul 03.45 dinihari. Sementara Mas Gatot, suamiku, kembali ke kamar dan mengorok lagi. Aku tidur di kasur berdua Maryamah tanpa ranjang. Kami berdua di lantai di luar kamar depan. Di ruang tamu yang luas dan lega rumah sewaan keluarga Pak Hardiman itu.
Jam tujuh pagi aku terbangun. Sementara Mas Hardiman masih teronggok di ranjang kamar depan. Kami kehilangan waktu subuh dan terpaksa melewati sholat subuh. Namun, yang membuat aku kaget, Maryamah tidak ada lagi di sebelahku tidur. Dia raib, menghilang entah ke mana.
Aku panik mencari dia ke kamar mandi ke dapur dan ke kamar belakang. Namun Maryamah tidak aku temukan. Bahkan, baju bekasnya pun, yang digunakan saat dia datang, tak ada lagi. Sementara baju yang kupinjamkan kepadanya, ada di sebelah kasur kami saat kami tidur.
“Lha, ke mana Maryamah?” batinku.
Aku segera membangunkan Mas Gatot dari pembaringan. Dia tersentak, bangun lalu berdiri dan berjalan ke luar rumah. Dia mencari di sekitar rumah sewaan itu, namun tidak menemukan siapapun. Apalagi Maryamah.Kami terus bertahan di rumah sewaan ini. Selama siang Hari Jumat Kliwon itu, kami berjalan ke laut. Kami mencari, mana tahu menemukan Maryamah lagi, atau orangtua serta empat adiknya yang masih kecil. Pikirku, namanya ikhtiar, yang kita harus usaha sambil berdoa meminta pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
Setelah Mas Gatot sembahyang Jumat di mesjid kecil Pantai Intan, kami menyewa perahu menuju laut. Di seberang sana ada pulau kecil tak berpenghuni, Pulau Mandalika Putri dan kami datang ke pulau itu.Namun, kami tidak menemukan seorang manusia pun di pulau kosong itu. Pulau Mandalika Putri. Namun kami menemukan bekas-bekas pakaian yang hanyut ke laut. Kaleng, bangku plastik dan sendal jepit serta sepatu karet yang hancur digigit tikus.
Namun, di luar dugaan, aku menemukan maju yang dikenakan Maryamah semalam. Baju itu tersangkut di batang kayu Kermunting yang pendek. Aku sangat mengenali baju itu, baju putih bahan satin dengan kembang mawar merah yang sudah memudar di bagian depan.
‘Ini baju Maryamah yang dikenakannya semalam Mas Gatot,” teriakku, kepada suamiku, saat dia sedang mengangkat sebuah kaleng biskuit yang berisi puluhan biskuit yang sudah berlapuk.
Sumaiku menghambur ke arahku. Di pohon kermunting di mana kutemukan baju putih lusuh berkem bang mawar yang dipakai Maryamah saat di rumah sewaan kami.
“Ya, betul, baju ini baju Maryamah Ma,” desis suamiku.
Beberapa saat kami mengenali baju itu, tiba-tiba terdengar suara gelombang laut bergemuruh. Aku melihat ke arah batu karang yang terhempas gelombang air.Ya Tuhan, aku melihat seekor ikan hiu besar mendekati karang. Ikan hiu gemuk berukuran panjang 15 meter dengan berat kurang lebih dua ton.
“Ikan itu gendut karena memakan banyak manusia korban banjir bandang Ma,” ungkap suamiku. Aku yakin apa yang dikatakan suamiku benar adanya. Ikan itulah yang memakan para korban dan gemuk karena begitu banyak korban nyawa manusia di dalam perutnya sebulan lalu.
“Dia mendekati pulau ini, ingin makan manusia lagi Ma, dan kitalah yang disasar, yang akan dimakan olehnya. Maka itu, kita harus hati-hati keluar pulau ini.Setelah hiu itu benar-benar kabur ke tengah laut, barulah kita ke darat, ke Pantai Intan dan pulang ke Desa Baguang,” kata suamiku.
Namun hingga sore, hiu itu tetap di karang itu. Bahkan, beberapa saat kemudian, lima ekor hiu raksasa, datang lagi mendekat pulau. Hiu-hiu itu tentu saja mencium bau wangi darah kami dan dia akan menyantap aku dan suamiku.Kini enam ekor hiu raksasa mengelilingi Pulau Mandalika Putri. ikan-ikan itu akan memangsa kami. Karena mereka nikmat selama ini memakan banyak darah manusia dan daging empuk manusia korban banjir bandang yang maha dahsyat.
Kanena takut dikeroyok hiu pemakan daging manusia itu, maka kami putuskan untuk tetap tinggal di Pulau Mandalika Putri. Sementara perahu yang kami pakai, selamat tidak dihancurkan. Mereka tidak memakan kayu dan perahu kami, hingga kemungkinan kami bisa selamat pulang ke Desa Baguang bila hiu-hiu itu sudah kabur.
Kami bermalam di Pulau Mandalika malam itu. Malam itu adalah Malam Sabtu Legi, 23 Januari 2010. Kami tidur bersandar di pohon tembesu tua dan berusaha tidur sambil waspada akan marabahaya di Pulau Mandalika. Sebab di pulau kecil yang penuh belukar ini, masih banyak biawak besar, tikus tikus dan lintah darat. Sementara senter tertinggal di rumah Pak Hardiman, begitu juga dengan tikar dan jaket, semua tertinggal di rumah sewaan itu. Yang ada hanya korek gas karena suamiku, Mas Gatot perokok berat. Korek gas itu kami gunakan untuk membakar ranting kering dan membuat api unggun.
Cerpen Hantu Cerita seram setan hantu nyata dari arwah orang meninggal dengan cerita seram
Malam mengerikan itu kami lewati dengan rasa cemas, takut dan gundah gulana. Namun, menjelang subuh, dinihari, terdengar suara Maryamah di Pulau Mandalika. Dia memanggil namaku dan meminta bajunya yang aku ambil dari pohon kermunting Pulau Mandalika.
“Waduh, itu suara Maryamah Mas, di mana dia?” kataku, kepada suami.
Aku mengambil baju dan memegang baju bergambar mawar merah itu.
“lni bajumu, aku letakkan di mana Maryamah?” tanyaku.
Kami berdua sadar, bahwa Maryamah bukanlah manusia biasa lagi. Tetapi roh halus yang maujud dan berinteraksi dengan kami semalam. Maryamah minta dilempari baju itu ke arah suaranya, di pohon kermunting tempat aku menemukan baju itu.
Benar saja, setelah aku lemparkan bajunya, Maryamah maujud dalam temaram. Dia meminta kami segera naik perahu dan kembali ke Pantai Intan lalu pulang ke Desa Baguang. Kami menuruti akan perintahnya. Kami ke perahu dengan bantuan Maryamah.
Di luar dugaan, arwah Maryamah mengayuh perahu kami dengan cepat. Maka dalam hitungan menit, kami sudah sampai di Pantai Intan. Dan di dalam temaram fajar timur, aku melihat Maryamah masuk ke laut. Dia raib dengan busana bunga mawar di tubuhnya.
Menghilang ke tengah samudera. Hingga tahun 2017 , kami tidak pernah melihat Maryamah lagi. Apalagi kedua orang tua dan empat adiknya. Tim pencari korban sudah memutuskan, bahwa mereka sekeluanga sudah meninggal dan tenggelam di dasar laut selatan Pulau Mandalika.
Hinggakini kami rutin mengirim doa untuk Maryamah dan keluarga besarnya. Kami membuat tahhil di rumah kami di Kota Binggali, mendoakan agar keluarga besar pamanku, termasuk Maryamah dan ibunya serta ke empat adiknya, agar diterima layak di sisi Allah Azza Wajallah. Dan Allah Yang Maha Kasih, memasukkan mereka semua di dalam surga-Nya yang indah nan abadi. Aamiin yaa robbal aalaamiin. (Kisah pengalaman supramistis Nyonya Gatot Sudiantoro sumber:misteri)
Baca juga cerita mistis misteri kisah nyata seram arwah penasaran bercinta dengan hantu cantik
Baca juga cerita mistis misteri kisah nyata seram arwah penasaran bercinta dengan hantu cantik
Itulah mistis misteri kisah cerita seram hantu nyata arwah orang meninggal karena banjir bandang .cerpen hantu seram
0 comments:
Post a Comment