23 March 2017

Cerita Rakyat Batu Menangis Dongeng Legenda Nusantara Kalimantan Barat

Cerita Rakyat Batu Menangis Dongeng Anak Legenda Nusantara Dari Kalimantan Barat

Cerita dongeng anak tentang anak durhaka selain malin kundang.Pada kumpulan cerita rakyat nusantara kali ini akan berbagi dongeng anak atau cerpen anak yang dapat sebagai dongeng sebelum tidur  atau dongeng anak kali ini adalah cerita legenda batu menangis dari kalimantan barat Indonesia.Dongen anak ini sangat bagus untuk mendidik anak agar memiliki akhlak yang baik ,menghormati orang tua dan tidak durhaka kepada orang tua.
cerita rakyat legenda dongeng anak batu menangis nusantara kalimanatan barat

Cerita Rakyat Dongeng Anak Sebelum Tidur Legenda Batu Menangis


Di sebuah desa tinggalah seorang ibu bersama anak perempuannya yang bernama Darmi. Gadis itu memang rupawan, sayang sifatnya tak secantik wajahnya. Darmi adalah gadis pemalas yang hanya gemar bersolek. Setiap hari ia mematut dirinya di depan cermin, mengagumi kecantikan wajahnya.

“Ah, aku memang jelita katanya.Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja daripada di gubuk yang mau roboh ini”sembari memandang ke seluruh ruangan rumahnya. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat dia tidur yang mengisi ruangan itu.Tidak ada meja hias yang sangat dia dambakan.Apalagi pakaiannya disimpan di  sebuah peti bekas.”Harus sampai kapan aku harus menjalani hidup miskin seperti ini?”keluh Darmi dalam hati.

Darmi memang bukan anak orang kaya. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya tak punya banyak uang. Untuk menghidupi mereka berdua, sang ibu bekerja membanting tulang dan pagi hingga malam. Pekerjaan apapun dia lakukan, mencari kayu bakar di hutan, menyabit rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan pakaian orang lain pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk memperoleh sedikit upah.

Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja. Sedikit pun dia tak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari. Ia bahkan tak tergerak untuk ikut membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah. Dan jika ada sesuatu yang sangat diinginkannya, ia pun akan merengek agar permintaannya dituruti.

Seperti minggu lalu, saat seorang kawannya dari desa di Utara sungai yang mengadakan pesta perayaan. Darmi mendapat undangan untuk menghadirinya. Tentu saja hal teresebut membuat gadis cantik itu senang bukan kepalang. Dibayangkannya tamu-tamu dalam pesta itu akan memandangi wajahnya yang rupawan. Para pria memuji kecantikannya, sementara para wanita mungkin akan iri hati melihat penampilannya.

Namun tiba-tiba Darmi teringat bahwa Ia tak memiliki pakaian yang pantas dikenakannya di pesta tersebut. Segeralah Ia mencari ibunya yang sedang memasak di dapur.

“Ibu, tolong belikan aku gaun pesta yang bagus dan selendang baru.Soalnya Lusa akan ada pesta di desa Utara sungai, dan aku tak punya pakaian yang pantas. Bajuku sudah usang semua’kata Darmi merengek. “Lho, bukankah minggu lalu kau sudah beli baju baru? Mengapa tak kau pakai yang itu saja. Masih bagus bukan?” ujar sang ibu.

“Aaah, tidak mau. Baju yang itu sudah pernah aku pakai, malu dong pakai baju yang itu-itu lagi. Apa kata orang nanti?! Ayolah, Bu belikan aku pakaian lagi!’

Sang ibu hanya bisa menghela napas panjang mendengar permintaan Anak semata wayangnya itu. Ia tak tega padanya. Baiklah, besok pagi kita akan membelinya di pasar.”

“Tidak mau.” Teriak Darmi dengan kasar. “Saya gak mau pergi bareng ibu.”

“Tapi, Darmi, besok Ibu harus ke pasar terlebih dahulu untuk menjual kayu bakar yang ibu dapatkan hari ini. Setelah terjual, baru uangnya bisa kau belikan pakaian. Bukankah lebih baik kita berangkat ke pasar bersama-sama?”

Darmi terdiam. Ia sebenarnya tak ingin pergi ke pasar bersama ibunya.Ia malu dan khawatir jika ada orang yang melihatnya berjalan bersama Wanita tua itu lalu mengejeknya. Akan tetapi, gadis itu tak punya alasan untuk menolak, sebab tanpa uang hasil penjualan kayu bakar, Ia tak mungkin bisa membeli pakaian baru. Akhirnya, Darmi masuk ke kamarnya sambil cemberut dan menggerutu.

Keesokkan paginya, mereka bersiap hendak ke pasar. Darmi terlihat sangat cantik dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal, sementara sang ibu mengenakan pakaian Iusuh. Darmi berjalan cepat sekali, membuat ibunya tak mampu mengikutinya.

“Hai, Darmi. Mengapa kau berjalan cepat sekali menginggalkan aku di belakangmu. Kau tau aku tak kuat menyusul Iangkahmu.”

Darmi diam saja, dan terus mempercepat Iangkahnya. Ia tak ingin ketahuan berjalan bersama ibunya. Di tengah jalan, Darmi disapa oleh beberapa orang dan desa tetangga yang menyapanya.

“Hai Darmi, mau pergi kemana kau?”sapa mereka.

“Darmi hendak berangkat ke pasar,”jawab Darmi.

“Oh gitu,terus siapa nenek yang ada di belakangmu itu?apakah itu adalah Ibumu?”

Seraut  wajah Darmi terlihat memerah karena malu.”Oh bukan! Bukan! Mana mungkin dia ibuku”Jawab Darmi cepat. Ia pun segera mempercepat langkahnya agar tak ditanya-tanya lagi.

Betapa terkejutnya sang ibu mendengar perkataan anak kesayangannya itu. Rasa marah mulai muncul dalam hati karena gadis itu tidak mau mengakui dirinya sebagai ibu. Namun Ia menahan amarahnya dan berharap Darmi akan segera berubah pikiran.

Sayangnya, harapan sang ibu tak terjadi. Sepanjang perjalanan mereka bertemu beberapa orang lagi, dan Darmi terus mengatakan hal yang sama. Akhirnya sang ibu tak tahan lagi kesedihan. Sambil bercucuran air mata, Ia pun menegur anaknya.

“Wahai anakku, sebegitu malunya kah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang melahirkanmu ke dunia ini. Kenapa perbuatanmu seperti ini?”

Cerita Legenda Batu Menangis Dongeng Anak Sebelum Tidur Nusantara Dari Daerah Kalimantan Barat


Darmi menoleh dengan kesal dan sembari membentak, “Aku tidak pernah minta dilahirkan oleh ibu yang miskin.Dan aku tidak pantas untuk jadi anak ibu yang melarat. Lihatlah diri ibu! udah Jelek, begitu keriput dan sangat lusuh! Ibu hanya pantas untuk jadi pembantuku!”

Dengan angkuh, Darmi terus melangkah meninggalkan sang ibu yang terduduk di pinggirjalan. Air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Perasaannya remuk rendam, tak mampu ia berkata-kata selain mengadahkan kedua tangannya ke langit. Rasa sakit di hatinya membuat Ia mengucapkan kutukan.

“Oh Ya Tuhan, hamba sungguh tak kuat lagi menahan rasa sakit akibat kelakuan anak hamba ini! Sungguh  telah menjadi batu hati anak hamba ini karena itu, Ya Tuhan,berilah hukuman untuk anak hamba yang durhaka itu menjadi batu!”

Seketika langit berubah menjadi gelap, awan biru seketika berubah berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar. Darmi merasa sangat takut, lalu Ia mencoba berlari menjauh. Saat itulah Ia menyadari bahwa kedua kakinya berubah menjadi batu.

Darmi menjerit ketakutan. Betapa mengerikannya perasaan yang dialaminya ketika mendapati kedua kaki berubah menjadi batu. Ia makin ketakutan setelah pinggangnya pun mulai berubah menjadi batu.Barulah ia tersadar,Bahwa semua itu terjadi karena akibat kedurhakaan besarnya terhadap ibunya. Maka dia pun berteriakteriak,”Ibu, ampuni aku! Ampuni aku! Ampuni kedurhakaan anakmu ini, Bu”

Namun, semuanya sudah terlambat bagi Darmi yang durhaka.Ibunya tidak bisa berbuat apa-apa. Dan sama sekali tidak berusaha mengabulkan permohonan anaknya yang telah berbuat durhaka terhadapnya.Ibunya begitu merasa sangat saikit dan mengalami penderitaan yang teramat akibatkan anaknya itu.Berakhir dengan tubuh darmi menjadi batu seutuhnya.

Batu jelmaan Darmi itu terus meneteskan air seperti air mata penyesalan yang menetes dan mata Jelita. Orang-orang yang mengetahtui adanya air yang terus menetes dan batu itu kemudian menyebutnya Batu Menangis.
Jangan lewatkan Dongeng Anak Cerita Rakyat La Golo Tentang Anak Pemalas
Itulah cerita dongeng rakyat legenda batu menangis cerita rakyat nusantara dari kalimantan barat tentang moral anak
Pesan Moral Dari Cerita Rakyat Legenda Batu Menangis Yaitu:
Hormati kedua orangtua kamu, terutama ibu yang sudah melahirkan kamu. Membuat ibumu bersedih atas tingkah lakumu yang tidak baik hanya akan membuat hidupmu susah di kemudian hari.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive